Find Us On Social Media :

Merasakan Kengerian Film Horror Ouija: Origin of Evil Lewat VR

By Bramantyo Indirawan, Jumat, 28 Oktober 2016 | 12:34 WIB

Ouija: Origi of Evil adalah film horror tentang arwah dan papan permainan.

Intisari-Online.com – VR menjadi teknologi yang memaparkan kenyataan baru dalam bentuk virtual, biasanya alat seperti kacamata dapat kita gunakan untuk mendapatkan pengalaman ini. “VR memutuskan dunia nyata agar kita merasakan dunia virtual sebagai suatu kenyataan baru,” tutur I Gede Putra Kusuma Negara sebagai pakar Teknik Informatika asal Universitas Bina Nusantara.

Film menjadi hiburan yang dapat diakses cukup mudah oleh berbagai kalangan masyarakat dan VR dapat membantunya dalam berbagai segi. Dari alat promosi hingga menikmati film itu sendiri. Bayangkan bila itu film yang kita tonton lewat VR adalah horror.

Ouija: Origin of Evil (2016) adalah film horror yang menceritakan tentang permainan papan yang bertujuan untuk memanggil arwah mereka yang sudah tiada. The Meet Market yang terletak di mall Gandaria City, Jakarta Selatan melakukan promosi film karya Mike Flanagan ini dengan memanfaatkan teknologi VR.

Kita akan duduk di sebuah kursi, di depan kita ada meja, lilin, dan papan permainan ouija. Kemudian kita akan dipasangkan sebuah kacamata VR dan headphone untuk menonton sebuah film pendek berdurasi dua menit yang menjadi alat promosi film Ouija: Origin of Evil.

Saat menggunakannya kita seakan sedang terduduk di rumah yang cukup gelap. Duduk di kursi dengan papan permainan ouija juga terpampang di meja bersamaan dengan lilin. Kita bisa melihat ke kanan, kiri, atas, dan bawah untuk melihat ruangan sekeliling.

Gangguan supernatural seakan terjadi di rumah yang dipancarkan oleh VR kita. Efek suara semakin mencekam dengan suara-suara samar dan menyeramkan mulai bermunculan. Pintu di kanan kita tergedor, televisi dan pemutar musik tiba-tiba menyala dan mati, dan muncul suara-suara seperti ada yang berada di rumah. Suasana cukup menyeramkan seakan kita benar-benar berada di tempat itu, terputus dari dunia nyata.

Pada akhirnya pengalaman yang cukup intens ini berakhir dengan kemunculan sosok yang tak diundang dan dilanjutkan dengan promosi kilat dari film. Pengalaman ini cukup menghibur, dengan dua menit saja ketegangan cukup terasa.

Apa jadinya bila kita menonton video VR yang lebih lama atau film penuh, apakah akan tetap menyenangkan atau terlalu menyeramkan untuk dinikmati? Masa depan telah tiba, hiburan akan semakin menarik dengan kehadiran teknologi yang mengasingkan kita ke berbagai dunia “baru" ini.