Find Us On Social Media :

Banjir Melanda Bandung: Banyak Perizinan yang Salah Arah

By Ade Sulaeman, Selasa, 25 Oktober 2016 | 13:23 WIB

Pemukiman di Bandung

Intisari-Online.com - “Yang direncanakan tidak dibangun, yang dibangun tidak direncanakan.”

Ungkapan tersebut muncul dari Denny Zulkaidi, planolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB), soal perkembangan tata Kota Bandung saat ini. Tentu saja, ungkapan Denny ini tidak main-main. Buktinya, frekuensi kemacetan lalulintas meningkat, kota tambah semrawut, lingkungan rusak, dan beberapa fakta lain yang mengusik kenyamanan warga terus berlangsung. Apa pasal?

Dengan adanya Tol Cipularang arus kendaraan dari luar bisa langsung terhubung menuju pusat kota. Lewat Jl. Pasteur, para pelancong bisa langsung menuju Dago atau kawasan Gedung Sate. Akibatnya, kemacetan di dua kawasan itu tak terhindari. Kemacetan di Gasibu bahkan sampai ke atas jalan layang, sehingga membahayakan konstruksi jembatan. “Ini berarti penyelesaian masalah transportasi tidak cukup dengan membangun jembatan layang,” kata Denny.

Lebih jauh, Denny mengatakan, pemerintah kota memang sudah mempunyai masterplan pengembangan transportasi kota. Namun, kurang komprehensif lantaran tidak mencakup aspek kelembagaan, pemberian insentif, dan sistem pengelolaan transportasi itu sendiri. Pembangunan monorail pun bukan solusi yang bagus. Pasalnya, monorail tersebut hanya akan melintasi pusat kota (alun-alun).