Find Us On Social Media :

Banjir Melanda Bandung: Inilah Dampak Lain Perubahan Wajah Kota Bandung Selain Banjir

By Ade Sulaeman, Selasa, 25 Oktober 2016 | 13:03 WIB

Suasana permukiman warga yang memadati bawah jembatan layang Pasupati, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (27/8) (kanan).

Intisari-Online.com - Berada di ketinggian 675-1.050 mdpl membuat Kota Bandung dikaruniai iklim yang sejuk atau rata-rata 23,5 derajat Celsius. Curah hujannya rata-rata 200,4 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan. Beberapa kawasannya sering berkabut. Terutama di Bandung Utara yang merupakan kawasan tertinggi seperti Lembang atau Punclut.

Tapi itu dulu, 10 atau 15 tahun yang lalu. Kini, seiring perubahan wajah kota yang kian padat serta bertambahnya jumlah kendaraan, iklim Kota Bandung terus meningkat. Suhu harian pada 2012 ini saja rata-rata 26-28 derajat Celsius.

Bahkan dalam dua tahun terakhir Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mencatat perbedaan suhu yang ekstrem antara siang dan malam. Pada musim kemarau pertengahan 2010, misalnya, suhu di Kota Bandung turun hingga 15,8 derajat Celsius pada malam hari.

Beda tipis dengan suhu terdingin di kota Bandung yang pernah dicatat BMKG pada tahun 1992 yaitu 15,6 derajat Celsius. Pada puncak musim kemarau, suhunya bisa lebih dingin lagi.

Sebaliknya pada siang hari,suhunya bisa mencapai 33 derajat Celsius. Uniknya, pihak BMKG menilai, perbedaan suhu ini masih tergolong normal. Sebab masih di atas 14 derajat Celsius atau belum melewati 34 derajat Celsius.

Namun demikian, warga diimbau untuk lebih menjaga kondisi badan. Soalnya, perubahan suhu yang ekstrem tersebut bisa membuat tubuh “kaget” sehingga daya tahan tubuh melemah.

Tentu saja, dampak yang lebih buruk dari perubahan wajah kota Bandung lebih terasa pada Senin (24/10/2016), saat banjir melanda Bandung.