Find Us On Social Media :

Serakah Hanya Menggiring Kita pada Kehancuran

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 18 Oktober 2016 | 17:47 WIB

serakah

Intisari-Online.com – Dahulu kala di Jepang hidup sepasang suami-istri yang berbeda kepribadian. Sang suami adalah orang yang baik hati, sedangkan istrinya orang yang pemarah dan pendengki. Sang suami memiliki seekor burung pipit yang sangat dia sayangi. Setiap pulang kerja, dia tak pernah lupa mengajak bicara dan mengajarkan trik-trik kecil pada burung kesayangannya itu.

Suatu hari sang suami pergi memotong kayu di hutan dan istrinya mencuci pakaian di rumah. Sehari sebelumnya sang istri membuat tajin dan menyimpannya dalam mangkuk. Namun, hari itu ia mendapati mangkuknya kosong. Saat dia sedang berpikir siapa yang mengambil tajinnya, burung pipit berkata, “Aku yang mengambil tajin itu. Kupikir makanan itu untukku maka aku memakannya sampai habis. Kalau aku salah, maafkan aku.”

Wanita yang tidak pernah menyukai burung itu menjadi sangat marah dan memotong lidah burung pipit itu tanpa belas kasihan. Setelah itu dia melepaskan burung pipit yang sangat dibencinya itu. Ketika pulang dari hutan, sang suami sangat kecewa karena tidak bisa menemukan hewan kesayangannya. Dia pun memutuskan untuk pergi mencari burung itu.

Di tengah pencarian, dia berhenti di sebuah rumpun bambu dan menangis. Tiba-tiba burung kesayangannya muncul di hadapannya. “Oh, dari mana kau? Aku senang sekali bertemu lagi denganmu.”

Burung itu menceritakan semua kejadian yang menimpanya, tapi mengatakan pada lelaki itu untuk tidak mengkhawatirkan dirinya. Dia sudah melupakan kejadian itu. Burung pipit itu ternyata seorang peri. “Jangan lagi kau khawatirkan aku, Pak Tua. Aku senang bisa bertemu lagi denganmu di sini.”

Burung pipit itu kemudian meminta lelaki tua itu mengikutinya. Lelaki itu dibawanya ke suatu tempat yang sangat indah dan belum pernah dilihatnya. Di situ burung pipit mengucapkan terima kasih karena lelaki itu merawatnya dengan baik selama bertahun-tahun.

Lalu, burung pipit memberi dua hadiah untuk dipilih oleh lelaki tua itu sebagai tanda terima kasih. Kotak yang satu berukuran besar dan satunya kecil. Lelaki tua itu memilih kotak yang kecil karena dia bukan orang yang serakah. Setiba di rumah, dia membuka kotak kecil itu bersama istrinya. Ternyata kotak itu berisi perak, koin emas, dan harta berharga lain. Sang istri kecewa karena suaminya tidak memilih kotak yang besar. Lalu, dia memutuskan melakukan hal sama seperti suaminya.

Sang istri memilih kotak besar yang ditawarkan burung pipit. Namun, alih-alih berisi harta kekayaan, kotak itu ternyata berisi berbagai macam setan dan siluman yang menakutkan.

Demikian pula dalam kehidupan kita, jangan serakah akan sesuatu karena serakah berarti mengambil yang bukan hak kita.