Find Us On Social Media :

Raja Bhumibol Meninggal, Ini 9 Hal Yang Wajib Anda Tahu

By Agus Surono, Jumat, 14 Oktober 2016 | 14:25 WIB

Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej, meninggal hari Kamis (13/10/2016) pada usia 88 tahun.

intisari-online.com - Raja Thailand Bhumibol Adulyadej meninggal kemarin pukul 3.53 waktu setempat di RS Siriraj, Bangkok dalam usia 88 tahun. “Meskipun tim dokter sudah berusaha mengobati beliau dengan upaya maksimal, kondisi Raja tidak pernah membaik, tetapi malah memburuk sampai hari Kamis,” begitu Istana memberitakan.

Raja Bhumibol yang telah memerintah selama 70 tahun sudah menderita sakit selama bertahun-tahun, menderita karena gagal ginjal. Ia muncul di depan khalayak ramai pada Januari 2016. Bhumibol tidak menapaki jalan sebagai raja dan ia tinggal di dalam kehidupan yang tidak biasa.

Inilah sembilan hal yang perlu Anda ketahui.

  1. Ia lahir di tanah Amerika

    Raja Bhumibol lahir pada 5 Desember 1927 di Cambridge, Massachusetts, AS, ketika sang ayah sedang menempuh sekolah kedokteran di Harvard. Keluarganya kembali ke Thailand ketika Bhumibol berusia sekitar dua tahun. Namun setelah kematian ayahnya, sang Ibu membawa Bhumibol, kakaknya Ananda dan Galyani, tinggal di Lausanne, Swis.

  2. Memiliki bakat musik

    Selama di Lausanne, Bhumibol belajar berbagai bahasa, termasuk Prancis, Jerman, dan Inggris. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang seni, dengan konsentrasi di fotografi dan music. Ia belajar piano, clarinet, dan saksofon.

  3. Kakaknya meninggal secara misterius

    Saat kecil, paman Bhumibol, Prajadhipok, menjadi raja. Namun revolusi tahun 1932 melucuti sebagian besar kekuatan Raja Prajadhipok sampai akhirnya turun tahta pada 1935. Mahkota kemudian beralih ke kakak Bhumibol, Ananda Mhaidol. Akan tetapi, pada 1946 Ananda ditemukan meninggal tertembak di kamar tidurnya, di Istana Grand Palace Bangkok. Hal ini membuat Bhumibol menjadi raja, saat berusia 18 tahun. Seputar kematian sang kakak tidak pernah dijelaskan dengan detail.

  4. Kembali ke sekolah

    Setelah masa berkabung dan menerima peran sebagai Raja, Bhumibol membuat keputusan yang berani: kembali ke Swis untuk melanjutkan studinya. Namun ia berubah dari studi ilmu pengetahuan ke politik dan hokum di Universitas Lausanne. “Saya harus meninggalkan ibu kota ini dan meninggalkan Anda semua sebab (keputusan) ini penting karena saya akan menemukan diri saya,” katanya di radio sehari sebelum keberangkatan.

  5. Bertemu dengan permaisuri di Swis

    Saat di Swis itulah Bhumibol bertemu dengan Sirikit Kitiyakara, anak dari duta besar Thailand untuk Prancis. Keduanya lalu menikah di Bangkok seminggu sebelum penobatannya pada 5 Mei 1950. Mereka dikaruniai tiga puti dan seorang putra.