Find Us On Social Media :

Bagaimana Bisa Google Ubah Nama Foke Jadi Ahok saat "Ditanya" Soal Sungai Bersih Jakarta?

By Ade Sulaeman, Kamis, 6 Oktober 2016 | 13:00 WIB

Bagaimana Bisa Google Ubah Nama Foke Jadi Ahok saat

Intisari-Online.com - Beberapa hari lalu banyak netizen Indonesia, khususnya Jakarta, yang membicarakan screenshot pencarian di Google dengan kata kunci “sungai bersih karena foke”. Hal paling menarik dari gambar tersebut adalah bagaiman Google justru merekomendasikan kata “foke” diganti dengan kata “ahok” menjadi “sungai bersih karena ahok.” Bagaimana itu bisa terjadi?

Pertama, mari kita pelajari bagaiamana cara search engine Google mencari informasi yang bertebaran di situs web internet? Perusahaan ini memulai dengan membangun database besar lewat proses crawling dan indexing.

Crawling adalah mencari dan mencatat aneka situs web dengan program khusus bernama Googlebot, juga dikenal dengan sebutan robot, bot, atau spider.

“Googlebot menggunakan proses algoritmik: program komputer menentukan mana situs yang harus ditelusuri (crawling), seberapa sering, dan sebanyak apa laman yang diambil dari sebuah situs,” tulis Google dalam laman penjelasannya.

Googlebot dijalankan secara otomatis oleh komputer-komputer powerful yang dimiliki oleh Google. Cara kerjanya mirip dengan kegiatan browsing web oleh pengguna biasa, yakni dengan mengunjungi situs, lalu mengikuti satu tautan ke tautan lain. Begitu seterusnya sehingga makin lama situs yang didata semakin banyak dan sebarannya makin luas.

Biasanya mesin crawling Google butuh waktu beberapa lama sebelum menemukan situs web baru. Pemilik situs web bisa mengatur untuk membatasi kerja Googlebot dalam menelusuri situs, misalnya dengan menolak kunjungan Googlebot atau memberikan instruksi khusus soal pemrosesan informasi di dalamnya.

Laman-laman web yang dikumpulkan oleh tadi kemudian diatur melalui proses indexing. Fungsinya mirip dengan bagian “index” pada sebuah buku, yakni mencatat informasi tentang tiap kata, judul, dan hal-hal lain berikut lokasinya di dalam database index.

Google juga mengatur indeks laman web ini berdasarkan jenis konten ada. Hal tersebut diperlukan karena pengguna yang mencari dengan kata kunci “sungai” mungkin tidak mencari konten teks dengan kata “sungai” saja, melainkan juga foto atau video dari obyek yang bersangkutan.

Dengan kata lain, saat pengguna melakukan pencarian di Google, sebenarnya ia tidak menelusuri sendiri seisi jagat maya, tetapi mencari konten yang sudah terdaftar di database index milik sang raksasa internet.

Tahapan berikutnya setelah crawling dan indexing adalah menyajikan hasil search pada pengguna. Database Google berukuran luar biasa besar. Jumlah situs web yang terindeks mencapai 60 triliun dengan besar ukuran file mencapai 100 juta gigabyte.

Bagaimana Google menelusuri basis data sebesar itu ketika pengguna memasukkan keyword di kolom search? Kalau sekedar menyajikan laman-laman yang mengandung kata kunci terkait, tentu hasilnya akan kacau balau dan bisa membuat bingung. Untuk mencegah hal tersebut, Google punya mekanisme penyajian hasil search yang dinilai paling relevan.

Caranya adalah dengan mengumpulkan semua laman yang berkaitan dengan kata kunci, lalu menyusun urutannya di laman hasil search berdasarkan lebih dari 200 kriteria, seperti tingkat kebaruan, kualitas situs, jumlah tautan dari situs lain yang terhubung, serta kesesuaian dengan konteks permintaan pengguna. Situs-situs yang dinilai sebagai laman spam atau berbahaya ikut disaring.