Penulis
Intisari-Online.com- Apa definisi bahagia dalam karir menurut Anda? Jika jawabannya adalah kenaikan pendapatan, maka tidak salah sepenuhnya.
Dalam sebuah makalah yang berjudul “Happiness Income Paradox Revisited” karya Richard Easterlin seperti dilansir lifehack.org, ada sebuah korelasi positif antara kebahagian seseorang dan kenaikan pendapatannya.
Profesor ekonomi dan juga seorang peneliti ini melakukan studi mengenai kebahagian. Ia ingin menganalisis hubungan antara kebahagian dan besarnya pendapatan di 37 negara selama 22 tahun. Hasilnya, ada hubungan positif antara keduanya. Namun seiring waktu, kebahagian seseorang tersebut tidak meningkat ketika besarnya pendapat meningkat.
Richard menjelaskan bahwa ternyata mereka lebih fokus pada kesehatan dan kehidupan keluarga dibanding keuangan. “Artinya uang tidak dapat membeli kebahagiaan,” jelasnya.
Ia tidak memungkiri jika seseorang membutuhkan uang banyak untuk bertahan hidup dan menghidupi keluarga dengan layak. Tapi dalam karir, kebahagian tidaklah tergantung dengan kenaikan pendapatan.
Hal senada diungkap Robert H. Frank, seorang profesor ekonomi sekaligus kontributor di New York Times. Ada beberapa faktor lain yang juga mereka pertimbangkan selain kenaikan pendapatan. Faktor itu ialah kondisi tempat bekerja, cara bekerja, kesempatan menimba ilmu di tempat kerja, dan keselamatan serta kenyamanan kerja. Ditambah visi dan misi perusahaan yang sesuai dengan visi misi dirinya.
Cara lain melihat rasa bahagia seseorang dalam karirnya adalah dengan tugas yang dilakukan. Mereka yang bahagia akan senantiasa melakukan pekerjaan yang disukai dengan baik dan telaten. Tidak hanya sekedar jadi tapi berusaha maksimal. Misal tidak menunda pekerjaan dan berusaha on time menyelesaikan tugas. Serta rasa rela kerja lembut agar tidak menyusahkan diri, keluarga, dan juga rekan kantor.
“Masuk akal jika Anda bahagia karena pendapatan yang tinggi. Tapi jika tidak mempunyai gaji yang tinggi, Anda juga bisa bahagia,” jelas Robert H. Frank.