Kasus Ibu Muda Mutilasi Anak Kandung: Antara Depresi Istri dan Peran Penting Suami

Ade Sulaeman

Penulis

Kasus Ibu Muda Mutilasi Anak Kandung: Antara Depresi Istri dan Peran Penting Suami

Intisari-Online.com - Banyak orang yang merasa tidak percaya saat membaca berita kasus seorang ibu muda yang memutilasi anak kandungnya. Padahal, sebenarnya kasus ini tidak asing dan dapat terjadi pada siapa saja, khususnya pada ibu-ibu yang mengalami depresi setelah melahirkan dan merasa suaminya tidak memberi dukungan.

Adalah sangat berat hidup dengan seseorang yang menderita depresi. Apalagi, jika ada seorang bayi yang baru lahir, yang membutuhkan perhatian setiap saat. Belum lagi, pekerjaan rumah tangga yang lain dan kewajiban untuk bekerja di luar rumah. Apa yang Anda pikir bisa membantu, ternyata tidak dan justru memerburuknya.

Anda kebingungan dan frustasi. Itu bisa dimengerti. Tapi, jangan menjadi turut depresi. Ingatlah ini selalu: Wanita yang depresi akan cepat pulih dengan dukungan konstan dari partnernya.

Semakin lama Anda berpura-pura bahwa depresi akan hilang dengan sendirinya dan menyangkal itu benar-benar terjadi, semakin lama waktu pemulihan yang dibutuhkan oleh istri Anda.

Semakin banyak yang Anda harapkan dari dirinya, semakin besar tuntutan Anda, akan semakin sulit proses pemulihannya. Semakin Anda tidak peduli, semakin kondisi istri Anda akan bertambah parah.

Anda harus menyikapi depresi istri Anda dengan serius, meski Anda tidak suka, bahkan meski Anda tidak percaya.

Tapi, percaya lah bahwa Anda punya kekuatan dan pengaruh sangat besar untuk memengaruhi kondisi rumah tangga dan perasaan istri Anda, lebih dari yang Anda bayangkan.

Semakin keras Anda berusaha, semakin cepat istri Anda kembali pada Anda, kembali kepada kepribadiannya yang dulu membuat Anda jatuh cinta.

Agar para suami di luar sana paham dan siap, inilah yang Anda hadapi ketika istri mengalami depresi pasca kelahiran:

1. Jika Anda katakan padanya Anda mencintainya ... dia tidak akan percaya.

2. Jika Anda mengatakan padanya dia seorang ibu yang baik ... dia akan berpikir Anda mengatakan itu cuma karena ingin menghiburnya.

3. Jika Anda mengatakan dia cantik ... dia akan menganggap Anda berbohong.

4. Jika Anda mengatakan padanya untuk tidak khawatir tentang apa pun ... dia akan berpikir Anda tidak tahu seberapa buruk perasaannya.

5. Jika Anda katakan padanya Anda akan pulang lebih awal untuk membantu dia ... dia akan merasa bersalah dan tenggelam lagi dalam kesedihan.

6. Jika Anda katakan padanya Anda harus bekerja ... dia akan berpikir Anda tidak peduli.

Tapi Anda bisa mengatakan:

1. Anda tahu dia merasa semua hal menjadi mengerikan.

2. Anda yakin dia akan merasa lebih baik.

3. Dia sudah melakukan semua hal yang benar untuk memperbaiki keadaan.

4. Dia masih bisa menjadi ibu yang baik, meski perasaannya sedang tidak enak.

5. Tidak apa-apa berbuat salah; dia tidak harus melakukan semuanya dengan sempurna.

6. Anda tahu betapa kerasnya dia berusaha dan bekerja selama ini.

7. Mintalah dia memberitahu apa yang harus Anda lakukan untuk membantunya.

8. Anda tahu dia sudah melakukan yang terbaik yang dia bisa.

9. Anda sangat mencintai dan memujanya.

10. Bayi Anda akan baik-baik saja.

Jangan katakan:

1. Dia harus segera membaik dan bangkit.

2. Anda bosan dan lelah dengan kondisinya.

3. Seharusnya ini menjadi saat terindah dalam hidupnya karena kalian berdua baru saja memiliki bayi.

4. Anda menyukai dia yang dulu dibanding yang sekarang.

5. Dia akan merasa lebih baik jika dia bekerja/tidak bekerja, keluar rumah/tidak keluar rumah, dan semacamnya.

6. Dia harus menurunkan berat badan, mengubah warna rambut, membeli pakaian baru, dan semacamnya.

7. Semua ibu baru merasa seperti ini.

8. Ini hanya sebuah fase.

9. Inilah risiko jika dia ingin punya bayi.

10. Anda tahu dia cukup kuat untuk melewati semuanya sendirian dan bahwa dia sebenarnya tidak butuh bantuan.

Menurut Diantini Ida Viatrie, S.Psi. M.Si, dosen Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang, ada hal-hal praktis yang bisa dilakukan suami untuk mendukung istri dan ini akan sangat berarti bagi istri.

"Bantulah dengan konkret seperti misalnya, popok tahu-tahu sudah bersih, temani ketika istri harus bangun malam karena harus menyusui, jagalah bayi sementara ibunya tidur."

Hal praktis lain yang bisa Anda lakukan:

1. Membatasi teman dan keluarga yang ingin berkunjung.

2. Menjawab telepon, menuliskan pesan dari si penelepon.

3. Antar cucian kotor ke laundry, pesan makan malam.

4. Menemaninya ke dokter.

5. Mendidik diri Anda sendiri mengenai depresi pasca kelahiran dengan membaca buku-buku (termasuk bacaan yang istri Anda berikan kepada Anda).

6. Tuliskan kekhawatiran dan pertanyaan yang Anda miliki untuk dikonsultasikan kepada psikolog/terapis.

7. Bersama-sama, buatlah daftar apa yang harus Anda lakukan ketika istri perlu beristirahat.

Hal yang paling penting untuk Anda lakukan untuk membantunya adalah dengan tetap bersamanya, tidak meninggalkannya dan tetap mencintainya. Duduklah bersama wanita tercinta Anda. Tidak ada TV, tidak ada anak-anak, tidak ada tagihan, tidak ada koran. Hanya Anda dan dia. Biarkan dia tahu Anda selalu ada untuk dia.

Ini tidak mudah dilakukan, terutama ketika istri Anda sedang depresi dan terasa begitu jauh. Anda bisa mencobanya dengan hanya lima menit sehari di hari pertama Anda dan dia duduk bersama.

Hal lain yang perlu Anda lakukan:

1. Teleponlah dia dari kantor untuk mengecek kondisinya. Telepon lagi atau telepon lebih sering jika dia bilang dia merasakan hari ini sangat buruk.

2. Tanyakan padanya apakah ada yang bisa Anda lakukan untuk membantunya.

3. Lihatlah matanya ketika dia bicara dengan Anda.

4. Dorong dia untuk beristirahat sebanyak mungkin.

5. Jangan mengintervensi tidurnya.

6. Cobalah untuk lebih banyak meluangkan waktu berdia saja tanpa gangguan.

7. Dengarkan dia.

8. Percaya yang dikatakannya.

9. Bersabarlah.

Yang perlu Anda ingat:

1. Cobalah untuk menunda keputusan penting sampai dia merasa lebih baik.

2. Keputusan yang menurut Anda harus dibuat segera, harus dibuat bersama-sama, bila memungkinkan tapi jangan memaksa.

3. Keputusan tentang perawatan anak terutama menyusui bayi, sangat tergangung pada istri Anda. Bantu dia menyelesaikan masalah ini (jika dia merasa ini menjadi masalah) dengan membahas pro dan kontra dari setiap keputusan.

4. Beberapa hal yang Anda pikir harus dia lakukan untuk merasa lebih baik, mungkin memang tidak berhasil membuatnya lebih baik dengan kondisinya yang sekarang.

5. Beberapa hal yang sebelumnya bisa menggembirakan istri Anda, mungkin tidak lagi menggembirakannya sekarang ini.

"Menghadapi istri yang depresi memang tidak mudah, tapi sadarilah bahwa hamil dan melahirkan saja sudah proses yang berat secara fisik dan mental. Sehingga para suami semestinya mendukung, menolong, memahami dan lebih menyayangi sejak istri hamil sampai seterusnya,” jelas Diantini.

Jadi proses kehamilan dan melahirkan adalah tanggung jawab bersama, dengan demikian depresi pasca kelahiran juga bisa dicegah.

Dan jika Anda khawatir istri Anda akan menyakiti diri sendiri atau bayi Anda berdua, minta tolong kepada orang lain, misalnya tetangga atau kerabat untuk menjaganya saat Anda tak ada bersamanya.

Diantini menegaskan, bahwa obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan depresi adalah dukungan dan cinta dari pasangan dan keluarga.

(Lily Turangan/kompas.com)