Find Us On Social Media :

Menjaga Sebuah Impian (3)

By Lila Nathania, Sabtu, 8 Oktober 2016 | 18:45 WIB

Menjaga Sebuah Impian (3)

Intisari-Online.com – Pada satu kunjungan, ternyata mereka mendatangi sebuah peternakan yang besar. Entah mengapa, guru ini seakan mengenali denah dari peternakan tersebut meski ia belum pernah ke sana.

Saat masih berusaha mengingat-ingat di mana dirinya mungkin pernah melihat denah peternakan ini, tiba-tiba guru ini disambut oleh seorang pria yang berwajah ramah. Betapa kagetnya guru ini ketika ia sadar bahwa pria ramah pemilik peternakan itu ternyata adalah muridnya yang dulu begitu miskin dan ia hina cita-citanya. Ia pun kemudian ingat bahwa denah peternakan ini sama persis dengan gambar yang dibuat oleh seorang bocah miskin bercita-cita tinggi.

Sepanjang perjalanan keliling peternakan, ibu guru ini begitu malu untuk mengakui kesalahannya. Pemilik peternakan itu pun mungkin tak sadar dan sudah lupa bahwa ia adalah guru yang dulu berusaha untuk mencuri impiannya.

Karena sudah tak tahan lagi, di akhir kunjungan guru ini berkata pada pria itu, “Pak, mungkin Bapak sudah lupa, tapi saya adalah guru Bapak yang dulu pernah menghina impian seorang bocah miskin. Saya benar-benar meminta maaf. Saya adalah pencuri impian anak-anak. Saat itu mungkin ada banyak anak lain yang sudah saya sakiti. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.”

Tak diduga, pria itu justru tersenyum, “Ibu, saya tak akan pernah lupa pada perkataan Ibu. Justru kenyataan pahit itulah yang membuat saya selalu bekerja dengan lebih keras dan lebih giat dibandingkan siapa saja. Jika waktu itu Ibu tidak meremehkan saya, saya tak akan pernah bisa menjadi orang yang tegar dan sukses seperti hari ini.: