Find Us On Social Media :

Transplantasi Hati Pertama di Indonesia

By Agus Surono, Kamis, 20 Januari 2011 | 16:24 WIB

Transplantasi Hati Pertama di Indonesia

Transplantasi hati pertama Indonesia berhasil dilakukan di RS Puri Indah Jakarta pada Desember 2010. Operasi dilakukan terhadap dua pasien, Soebagijo (60) dan Nidjat Ibrahim (64). Tim bedah yang diwakili oleh dr.Tjhang Supardjo menyatakan, kedua pasien mengalami sirosis (pengerasan hati) dan hepatoma (kanker hati) yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Transplantasi hati dilakukan karena kedua pasien sudah tidak mampu diberikan pengobatan apapun seperti operasi reseksi (iris tumor), intervensi (pengobatan tumor), dan ablasi (tumor dibakar langsung). 

Teknik yang digunakan pada operasi ini adalah living donor liver transplant dengan berbasis kriteria hangzhou. Ini sebuah kriteria transplantasi hati  yang dipakai di seluruh dunia. Dalam teknik ini digunakan hati dari orang hidup."Transplantasi hati adalah operasi tingkat tinggi dan di Indonesia tergolong baru. Operasi  berlangsung 13 jam dan dilakukan bersamaan antara pasien dan pendonor. Ada sekitar 20 tim dokter yang terlibat," papar dr. Tjhang dalam konferensi persnya di Jakarta (20/1).Hati yang diambil dari donor sekitar 50 - 60%. Syarat pendonor adalah bebas dari berbagai virus dan berumur antara 18 dan 60 tahun. Akan lebih baik jika golongan darah pendonor dan penerima sama. Buat pendonor tak perlu khawatir hatinya hilang sebesar angka tadi sebab hati mereka akan tumbuh setelah enam bulan. Selain itu, dalam operasi ini keselamatan pendonor menjadi masalah utama. Sebelum operasi pendonor menjalani diet hati.Operasi dilakukan dengan penyambungan pembuluh vena, arteri, dan saluran empedu utama. Proses penyembuhan operasi tergolong cepat karena untuk pasien hanya satu bulan dan pendonor hanya dua minggu.Kesulitan dari operasi ini terdiri atas tiga bagian. Pre-operation yaitu saat memberikan motivasi pada pasien dan pendonor, proses operasi yang tergantung dengan kehandalan dokter yang menangani, kerjasama tim, anestesi khusus, dll., serta pasca-operasi yaitu perawatan. Pada saat pasca-operasi ini dimungkinkan terjadi proses rejeksi (penolakan hati). Kedua pasien mengaku tidak mendapatkan efek samping pasca-operasi ini. Bahkan setelah dua minggu mereka justru merasakan kondisi yang lebih baik.

Perlu diketahui bahwa operasi ini hanya menelan biaya kurang lebih Rp 1 miliar, lebih murah dari Singapura yang Rp 3 - 4 miliar.

(Reporter: Olive)