Find Us On Social Media :

Sehabis Makan Jangan Langsung Gosok Gigi

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 9 Maret 2011 | 11:15 WIB

Sehabis Makan Jangan Langsung Gosok Gigi

Bangun tidur 'ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi kutolong ibu..." Demikianlah penggalan lagu anak-anak yang masih sering dinyanyikan sampai sekarang, bahkan mungkin sampai masa mendatang. Mungkin lagu ini sangat besar pengaruhnya pada anak-anak untuk membiasakan diri menggosok gigi ketika mandi pagi atau sore. Kebiasaan tersebut tentu baik sekali untuk memelihara kesehatan gigi.

Sayangnya, upaya pemeliharaan gigi ini kadang dibingunkan oleh berbagai informasi dari media massa, guru, orang tua, bahkan dokter gigi. Sering dikatakan, untuk menjaga kesehatan gigi khususnya agar gigi tidak berlubang, kita harus selalu menyikat gigi setelah makan, minimal dua kali sehari yaitu setelah sarapan dan setelah makan malam atau sebelum tidur. Mana yang benar?

Sebenarnya, gigi kita selalu diselaputi oleh semacam selaput tipis akibat rongga mulut tidak pernah kering dari liur. Selaput ini menjadi media subur bagi tumbuhnya berbagai kuman. Ketika pertama kali Antonie van Leewenhoek melaporkan penelitiannya tentang selaput ini pada abad ke-17, mereka menyebutnya sebagai material alba yang dilukiskan sebagai selaput tipis yang mengandung berbagai bakter berjumlah besar. Selaput tersebut akan menjadi plak (plaque), bila koloni kumannya sudah mencapai jumlah tertentu. Plak sangat tipis dan tidak terlihat dengan mata telanjang. Dibutuhkan waktu berabad-abad sampat dapat dibuktikan adanya hubungan yang jelas antara material alba dengan karies gigi.

Setelah makan, sisa makanan, khususnya makanan karbohidrat, akan mengalami fermentasi terhadap gula (glukosa) makanan. Hasilnya, berupa senyawa bersifat asam dan membuat lingkungan sekitar gigi bersuasana asam. Dalam beberapa menit derajat keasaman tadi akan meningkat atau pH-nya turun. Bila berlanjut, penurunan nilai pH akan sampai ke nilai pH kritis, yaitu nilai pH yang dapat memicu dekalsifikasi (hilangnya garam kalsium) pada email gigi.

Bila zat gula pada plak habis difermentasi, sejumlah bakteri lain, di antaranya Veillonella alcalescens, akan merusak kembali senyawa asam hasil fermentasi tersebut. Dengan demikian setelah beberapa waktu, pH plak akan berangsur naik kembali mencapai pH normal. Demikianlah yang selalu terjadi setelah kita makan, terutama makan makanan yang mengandung gula.

Berbagai penelitian memperlihatkan, pH akan kembali normal setelah 20 - 30 menit pascamakan. Dari kenyataan di atas, dapat dikatakan masa 20 - 30 menit setelah kita makan makanan karbohidrat (mengandung gula) merupakan saat-saat sangat rentan untuk terjadinya kerusakan gigi. Penyikatan gigi pada saat derajat keasaman dalam mulut masih pada tingkat kritis ini akan menambah kerusakan permukaan gigi. Jadi, jangan langsung menyikat gigi sehabis makan, tunggulah sampai lewat masa genting sesudah makan, yaitu sekitar ½ jam sesudah makan.

Tujuan menyikat gigi adalah membersihkan mulut dari sisa makanan agar fermentasi sisa makanan tidak berlangsung terlalu lama sehingga kerusakan gigi dapat dihindari. Bila kita menyikat gigi dengan benar, permukaan gigi juga bersih dari plak. Tetapi sekali lagi, plak akan senantiasa terbentuk dari waktu ke waktu.

Memang, tak ada salahnya menyikat gigi ketika mandi pagi atau sore hari. Namun, manfaatnya lebih untuk memelihara kesegaran mulut. Manfaatnya dalam pemeliharaan gigi tidaklah besar.

Masalahnya sekarang, yakinkah kita bahwa plak pada gigi telah terbuang setelah penyikatan gigi? Nah, agar plak gigi hilang, perlu cara menyikan gigi yang benar. Celaknya, banyak orang tidak tahu menyikat gigi secara benar.

Karena plak tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, mungkin saja plak tidak pernah benar-benar hilang walaupun Anda rajin menyikat gigi. Oleh karena itu, cobalah periksakan kepada dokter gigi, apakah cara Anda menyikat gigi sudah benar. Bila belum,  dengan bantuan disclosing agent ia dapat membimbing Anda menyikat gigi secara benar. Nah, selamat menyikat gigi dengan benar pada waktu yang tepat.

(Sumber: Intisari)