Find Us On Social Media :

Sehat Perut, Sehat Tubuh

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 25 Mei 2011 | 17:10 WIB

Sehat Perut, Sehat Tubuh

Menjaga kesehatan pencernaan sangat penting untuk kesehatan manusia karena kinerja sistem pencernaan akan menentukan gizi yang terserap dan pembuangan sisa yang tidak diperlukan tubuh. Sistem pencernaan juga akan membentuk asam amino esensial rantai pendek (SCFA) yang berguna dalam proses kekebalan tubuh (imunitas). Maka, memiliki pencernaan yang sehat akan memperkuat sistem imun tubuh yang melindungi tubuh dari berbagai penyakit, menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme asing (bakteri, parasit, jamur, virus, tumos) yang masuk ke dalam tubuh.

Kesadaran akan kesehatan pencernaan pada masyarakat saat ini dirasakan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari pola makan masyarakatn sehari-hari yang dapat memicu terjadinya gangguan sistem pencernaan.  Gangguan sistem pencernaan antara lain: Diare, Konstipasi (Sembelit), dan Kolitis (radang usus besar).

Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia masih kurang dalam mengonsumsi serat terutama dari sayur-sayuran dan buah-buahan, kurang olah raga, dan bertambahnya makan makanan yang mengandung pengawet. Prof. dr. Aziz Rani, SpPD-KGEH, ketua Divisi Gastroenterologi Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM mengemukakan dalam Media Edukasi Kesehatan Pencernaan (25/5), "Konstipasi sebagai salah satu gangguan pencernaan sebenarnya merupakan gejala defekasi/BAB yang tidak memuaskan ditandai dengan frekuensi BAB yang kurang dari 3 kali seminggu atau kesulitan mengeluarkan feses akibat feses yang keras, sehingga seseorang perlu mengejan."

Konstipasi dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari sehingga dapat menurunkan kualitas hidup. Bahkan, konstipasi cukup berperan dalam memicu terjadinya kanker usus jika sudah sampai pada tahapan obstipasi, demikian ditambahkannya.

"Konstipasi bisa terbagi dalam konstipasi primer dan sekunder. Disebut primer, ketika pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan organik dan biokimiawi, sedangkan konstipasi sekunder terjadi jika konstipasi disebabkan penyakit organik/kondisi lain," kata dr. Herry Djagat Purnomo, SpPD-KGEH, dari Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Ada beberapa cara untuk mencegah dan mengobati konstipasi, antara lain dengan memperbanyak konsumsi serat, perbanyak aktivitas fisik berolah raga, dan minum air putih minimum 2 liter per hari secara teratur. Cara lain adalah dengan probiotik, yaitu bakteri hidup yang ditambahkan pada makanan yang mempunyai efek menguntungkan dengan meningkatkan kesehatan flora usus.

"Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang jika digunakan dalam jumlah yang sesuai, dapat memberikan efek baik atau kesehatan pada organisme lain/inangnya," imbuh dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH dari Departemen Gastroenterologi Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM.

Probiotik pada dasarnya adalah bakteri hidup yang ditambahkan pada makanan yang mempunyai efek menguntungkan dengan meningkatkan kesehatan flora usus. Fungi probiotik pada tubuh bermacam-macam seperti membantu penyerapan nutrisi, produksi vitamin, pada sistem pencernaan probiotik membantu dalam melawan pertumbuhan bakteri jahat dan berperan dalam ekosistem usus. Tidak hanya untuk mengobati konstipasi saja, namun probiotik juga dapat dikonsumsi sehari-hari karena baik untuk kesehatan usus dan penyerapan makanan.  Mengonsumsi probiotik secara teratur dapat dijadikan langkah awal bagi masyarakat untuk memiliki hidup sehat.