Penulis
Banyak awam percaya, kalsium hanya ada, dibutuhkan, serta punya peran vital untuk tulang. Terutama untuk mencegah datangnya penyakit tulang keropos alias osteoporosis. Pandangan tak akurat itu bisa dimaklumi, mengingat lebih dari 98% kalsium memang berdomisili di tulang. Namun, salah besar kalau beranggapan, peran kalsium yang wara-wiri di luar tulang hanyalah sebagai anak bawang.
Meski jumlahnya minoritas (hanya sekitar 2%), bala tentara kalsium di luar tulang justru lebih agresif dan sangat penting perannya dalam mencegah osteoporosis. Mereka mendukung kegiatan enzim, hormon, saraf, otot, dan pembekuan darah. Kalsium yang berada di dalam darah bahkan menjadi ukuran keseimbangan kadar kalsium di seluruh tubuh, yang ditentukan oleh hormon paratiroid.
Bala tentara itu juga berpengaruh terhadap penempatan kalsium ke dalam jaringan tulang atau biasa disebut dengan proses mineralisasi. Di sisi lain, mereka pun berjasa dalam mencegah pengambilan kalsium dari jaringan tulang, yang dikenal sebagai proses demineralisasi. Osteoporosis sendiri terjadi ketika gelombang demineralisasi melebihi aktivitas mineralisasi. Nah, kalau kadar kalsium dalam darah normal, logikanya proses mineralisasi dan demineralisasi berlangsung seimbang.
Sebaliknya, ketika kadar kalsium dalam darah berkurang atau turun, hormonn paratiroid akan bertambah atau mengubah kalsifediol menjadi kalsitriol. Kemudian terjadilan peningkatan penyerapan kalsium dari usus. Kalau tidak sedang kekurangan kalsium, tubuh berpeluang menyerap kembali kalsium dari ginjal, sehingga kadar kalsium dalam darah kembali normal. Makanya, sangat dianjurkan menyantap asupan yang cukup mengandung kalsium.
Vitamin D merupakan salah satu sumber kalsium. Ia bisa didapat dari ikan laut, hati, dan kuning telur. Tapi karena tidak larut dalam air, vitamin ini tidak bisa segera dibuang jika stoknya di dalam tubuh berlebihan. Padahal, penumpukan vitmain D dapat meningkatkan produksi kalsitriol. Ujung-ujungnya, mengakibatkan penyerapan kalsium atau demineralisasi dari usus dan tulang. Untunglah, kasus kelebihan vitmain D ini jarang terjadi. Kalaupun ada, biasanya akiabt menelan suplemen secara berlebihan.
Perlu dicatat, kebutuhan vitamin D dalam sehari sekitar 400 IU (international unit) dan tidak boleh melebihi 2.000 IU. Susu sapi menjadi sumber kalsium alami terbaik, karena paling mudah diserap usus. Satu liter susu sapi murni, misalnya, mengandung 4 - 40 IU vitamin D3, satu butir kuning telur mengandung 150 - 400 IU vitamin D3, dan susu bubuk biasanya diperkaya vitamin D2 sebanyak 400 IU/liter. Suplemen vitamin D hanya dibutuhkan kalau seseorang kurang terkena sinar Matahari.
Khusus asupan protein, baru tahun 1998 dan 2000, J.E. Kerstettter dan kawan-kawan membuktikan secara langsung bahwa tingkat konsumsi protein yang kurang dari 0,9 g per kilogram berat badan dalam sehari, akan merangsang kenaikan hormon paratiroid dan kasitriol, sheingga mengakibatkan demineralisasi. Sebaliknya, konsumsi protein 1 - 1,5 g untuk tiap kilogram berat badan dalam sehari dapat menjaga keseimbangan metabolisme dan kadar kalsium dalam darah, sehingga terjadi keseimbangan antara mineralisasi dan demineralisasi tulang.
Terakhir, osteoporosis memang lebih banyak menyerang pria dan wanita gaek. Upaya pencegahan paling efektif justru terjadi di usia muda, 10 - 35 tahun, umur yang umumnya ditandai kekhawatiran wanita terhadap kelangsingan tubuhnya. Tak heran kalau proses mineralisasi tulang pada wanita kerap tidak berjalan maksimal. Kalau mineralisasi tulang menjelang menopause sudah terganggu, risiko untuk menderita osteoporosis menjadi jauh lebih besar.
Untuk mencegah osteoporosis, pilihannya memang cuma ada dua. Bersusah-susah di masa muda dengan mengonsumsi kalsium secara benar, lalu bersenang-senang kemudian di usia lanjut. Atau bersenang-senang dulu dengan tak mempedulikan jenis asupan yang masuk ke badan, menderita tulang keropos kemudian.
(Sumber: Intisari)