Find Us On Social Media :

Seri P3K: Tulang Patah

By M Sholekhudin, Rabu, 29 Juni 2011 | 06:00 WIB

Seri P3K: Tulang Patah

(Sambungan dari: Seri P3K: Perdarahan Berat)

Pada kecelakaan yang parah, perdarahan sering disertai dengan tulang patah (fraktur). Jika ini terjadi, hal utama yang perlu diperhatikan, jangan gerakkkan bagian tulang yang patah. Hal ini malah akan memperburuk kondisi. Jika sulit dihindari, usahan gerakannya sesedikit mungkin.

Tulang yang patah biasanya ditandai dengan nyeri hebat akibat kontraksi otot, bengkak, memar, bentuk organ yang bengkok, terkulai secara tidak wajar, atau adanya bunyi patah pada saat kecelakaan. Namun kadang-kadang, tulang patah tidak disertai dengan tanda-tanda yang jelas seperti ini. Jika ragu, untuk amannya, anggap saja terjadi tulang patah. Dengan kata lain, perawatannya pun berdasarkan prosedur perawatan tulang patah.

Untuk memastikan tulang tidak bergerak-gerak, pasang bidai pada bagian yang mengalami tulang patah. Caranya, ikat bagian yang patah dengan sesuatu yang kuat sehingga tidak bergerak-gerak. Jika ada, gunakan kayu atau balok. Namun dalam kondisi darurat, umumnya benda yang kita butuhkan tidak berada di lokasi kejadian.

Untuk menyiasatinya, Anda bisa menggunakan benda lain yang kaku, misalnya kardus. Jika ini pun tidak tersedia, gunakan anggota badannya sendiri. Misalnya, jika yang patah adalah betis kanan, ikat betis tersebut dengan betis kirinya. Sebagai tali pengikat, Anda bisa menggunakan sobekan pakaian.

Untuk memastikan tulang tidak bergerak, gunakan aturan dua sendi. Maksudnya, bagian yang patah diikat sepanjang dua sendi. Satu sendi di atasnya, dan satu sendi di bawahnya. Misalnya yang patah adalah betis (tungkai bawah), pasanglah bidai di betis, melampaui sendi lulut dan sendi pergelangan kaki.

(Bersambung ke: Pertolongan Pertama pada Luka Bakar)