Penulis
Intisari-Online.com -Inilah salah satu artikel di Intisari bulan Agustus 1990 yang membahas tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia.Bulan ini Indonesia genap 45 tahun merdeka. Kali ini Intisari ingin memperingati peristiwa penting itu dengan membaca koran-koran yang terbit sekitar saat itu dan yang masih tersimpan di Perpustakaan Nasional. Ternyata jumlah koran di Indonesia yang terbit tepat pada saat Soekarno – Hatta memproklamasikan bisa dihitung dengan jari. Demikian menurut Mastini Hardjoprakosa, direktris Perpustakaan Nasional, dalam kata pengantar Katalog Surat Kabar di Indonesia.
Selama masa pemerintahan Jepang (1942 - 1945), semua penerbitan Belanda dan kebanyakan penerbitan Indonesia dilarang. Yang masih dibolehkan terbit ialah Pemandangandi Jakarta (1933 - 1958), dan Express di Surabaya yang berbahasa Jawa (1939 - 1956).
Sementara itu di Surakarta terbit Merah Poetih, sebuah koran yang memuat tulisan-tulisan yang mendorong bangsa Indonesia untuk menyiapkan diri menghadapi kemerdekaan. Pemerintah militer Jepang menerbitkan surat kabar dalam bahasa Jepang dan Indonesia: Djawa Shinbun di Jakarta, Asia Raya di Jakarta, Madioen Shinbun di Madiun, Sinai Matahaii di Yogyakarta, Sinai Baioe di Semarang, Soeara Asia di Surabaya, Tjahaja di Bandung.
Koran-koran ini tidak terbit lagi setelah bulan Agustus 1945, dan selanjutnya digantikan surat-surat kabar yang seluruhnya diasuh oleh orang-orang Indonesia. Bentuk fisik koran-koran pada waktu itu umumnya lebih kecil, separuh dari ukuran koran-koran sekarang. Jumlah halaman hanya dua halaman, alias satu lembar bolak-balik. Mutu kertasnya pun sangat memprihatinkan: kertas merang.
Selama masa revolusi fisik tahun 1947 - 1949, ada beberapa koran gelap yang aktif: 17 Agustus, Pantjasila, Yuddha. Berita-beritanya diambil dari ANTARA. Sayang sekali, ketiga media ini tidak bisa ditemukan dalam koleksi Perpustakaan Nasional.
Pada tahun 1945, setelah proklamasi kemerdekaan, di Solo terbit Surat Kabar Merah Poetih. Catatan dalam Katalog Surat Kabar di Indonesia di Perpustakaan Nasional menyebutkan bahwa koran itu pada tahun 1945 sudah memasuki tahun ke II. Koran ini berukuran kecil, kemungkinan berukuran tabloid, terdiri atas dua halaman (satu lembar bolak-balik). Surat kabar ini sama sekali tidak mencantumkan nama pengasuhnya.(Bersambung)