Penulis
Intisari-Online.com -Korupsi rasanya tidak pernah ada jeda untuk dibahas. Tidak di Indonesia, tidak di negara lainnya, dampaknya adalah momok berbahaya yang siap menggerogoti apa saja. Halus, licik, tapi jika dibiarkan ia akan menjadi pembunuh yang paling sistemik. Intisari April 1975 secara eksklusif pernah membahas bagaimana korupsi menjadi “tradisi” di Hongkong.
Ada sebuah anekdot lucu jika berbicara mengenai korupsi di Hongkong waktu itu. “Gembong perampok kereta api di Inggris belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan seorang perwira polisi di Hongkong. Polisi Hongkong berkali-kali lebih berbahaya dari perompak.”
Ternyata tak hanya di kepolisian, hampir seluruh kantor dinas di Hongkong adalah gudang korupsi. Pegawai negeri korup, pengusaha korup, pemadam kebakaran korup, tukang sampah korup, bahkan hal-hal sakral sekalipun bisa dikorup. Ironis! Contoh sederhana di pemakaman, supaya mendapat tempat di pemakaman Kristen, mereka yang tidak Kristen harus membayar sejumlah biaya agar dapat mendapat tempat di pemakanan. Juga diakui sebagai seorang Kristen.
Tukang sampah juga, mereka tidak akan mau mengangkut sampah jika tidak ada tarif khusus buatnya. Korupsi telah mendaging di pesemakmuran Inggris itu.
Beberapa orang bilang, korupsi di Hongkong tak ubahnya sebuah bus. Siapapun boleh ikut di dalamnya. Bisa naik, bisa berjalan beriringan, bahkan ada yang dengan sengaja berada di depannya agar bisa digilas oleh bus korupsi tersebut.
Maraknya korupsi di Hongkong waktu itu juta seolah mendapat durian segar. Apa lacur, hukum di negara sempalan Tiongkok itu ternyata juga terlihat cukup longgar kepada para koruptor. Seorang polisi yang jelas tersangkut korupsi besar, hanya mendapat hukuman satu tahun penjara. Alasannya, selama berada di penjara si polisi korup itu terus menunjukkan sikap kooperatif dan baik. Tak hanya itu, kabar burung juga mengatakan, selama di penjara si polisi korup itu juga mendapat perlakuan istimewa dibanding dengan tahanan lainnya.
Sekilas, potret itu serupa dengan yang terjadi di Indonesia saat ini. Kita hanya bisa menebak, apakah akan selama menjadi korup, atau segera pulih dan tak memberi ampun sedikitpun kepada mereka yang dengan lenggang kangkung melakukan tindakan-tindakan korup. (Bersambung)