Find Us On Social Media :

Lorong Masa: Korupsi Akut di Hongkong (3)

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 16 Agustus 2013 | 15:30 WIB

Lorong Masa: Korupsi Akut di Hongkong (3)

Intisari-Online.com - Korupsi rasanya tidak pernah ada jeda untuk dibahas. Tidak di Indonesia, tidak di negara lainnya, dampaknya adalah momok berbahaya yang siap menggerogoti apa saja. Halus, licik, tapi jika dibiarkan ia akan menjadi pembunuh yang paling sistemik. Intisari April 1975 secara eksklusif pernah membahas bagaimana korupsi menjadi “tradisi” di HongkongSalah satu contoh polisi korup paling terkenal di Hongkong adalah Taffy Hunt. Dia adalah perwira polisi senior di Hongkong. Pada 15 Februari 1974, Taffy dijatuhi hukuman penjara. Tapi ternyata hukum tak cukup kuat menampar Taffy, ia hanya diganjar hukuman satu tahun penjara. Semasa di kurungan, dia juga diistimewakan daripada narapadina lainnya. 

Nama lengkapnya Ernest Percival Max Hunt, orang-orang lebih mengenalnya dengan Ernest Hunt saja. Sebelum terjun ke kepolisian, Hunt pernah menjadi pelayan kapal, pembatu tukang kayu, agen polisi di Glamorgan, dan akhirnya menjadi perwira polisi senior dan ditempatkan di Hongkong.

Suatu ketika, Taffy—panggilan akrab Ernest Hunt—mengakui bahwa dirinya memang bajingan. Meski demikian, ia sama sekali tidak menyesali ucapan dan perbuatannya tersebut. “Tapi jangan salah, saya bukan bajingan satu-satunya. Saya sudah melihat korupsi sudah meluas sampai ke akar pemerintahan yang paling dalam. Banyak polisi yang terlibat, tidak hanya orang Cina, tapi banyak juga orang Inggris,” kata Taffy.

Tak hanya mengakui kelasannya, Taffy juga sudah bersiap-siap jika suatu saat ada petugas yang menjemputnya. Sebagai langkah antisipatif, dia juga sudah mempersiapkan pelbagai ragam cara untuk kabur dari Hongkong. Yang paling membuat orang-orang geleng-geleng kepala adalah kepercayaan dirinya yang akut bahwa dirinya tak akan ditangkap.

Skenario hanya tinggal skenario, pelbagai persiapan yang digagas Taffy gagal total. Ia ditangkap dan tak sempat kabur. Tapi ia berjanji akan segera bebas meski dengan sedikit memaksa. Lagi-lagi dia keliru, alih-alih mendapat hukuman berat, Taffy justru mendapat hukuman sangat ringan.

Delapan bulan kemudian, Taffy dinyatakan bebas dengan embel-embel sangar; narapidana teladan. Di sakunya juga terlipat surat amnesti yang bisa digunakannya sewaktu-waktu. Maharnya hanya Taffy harus menceritakan seluruh yang diketahuinya di kepolisian. Mulai dari korupsi sampai sistem yang busuk yang ada di tempat dia pernah bergabung.Selekeluar dari penjara, Taffy tak lantas miskin. Dia justru semakin menggila dengan uang yang telah dikumpulkannya. Meski demikian, beberapa sumber menyebutnya sebagai koruptor yang royal.