Find Us On Social Media :

Dua Raksasa Internet Marah Gara-gara “Ulah” Spionase AS

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 31 Oktober 2013 | 17:00 WIB

Dua Raksasa Internet Marah Gara-gara ?Ulah? Spionase AS

Intisari-Online.com - Masalah yang melibatkan National Securiry Agency (NSA) terus menggelinding layaknya bola salju. Banyak pihak merasa dirugikan gara-gara dugaan penyadapan yang dilakukan badan keamaan milik AS tersebut. Kali ini giliran Google dan Yahoo dengan terang-terangan mengungkapkan kegeramannya. 

Melalui David Drummond, kepala Staff Divisi Legal, Google dikabarkan marah dengan ulah NSA. “Kami tidak pernah mengizinkan siapapun mengorek sistem kami, tidak pula pemerintah AS. Tentu saja kami marah saat jaringan kami dicegat begitu saja,” ujar David. Hal serupa dilontarkan oleh pihak Yahoo. Mereka menganggap bahwa telah ada pengamanan yang begitu ketat terhadap pusat keamanan data Yahoo.

Mengutip dokumen yang diperoleh dari Edward Snowden, NSA telah menyalin data dalam jumlah besar dari serat optik yang menghubungkan pusat data di seluruh dunia ke Silicon Valley. Data-data yang disalin itu meliputi email, audio, video, dan teks-teks lainnya.

Selain terjadi gesekan dengan dua perusahaan internet terkemuka tersebut, NSA—dan Pemerintah AS—juga tengah bermasalah dengan beberapa negara sahabat AS. Negara-negara seperti Spanyol, Jerman, Perancis, dan Meksiko menganggap AS telah merusak privasi mereka dengan tindakan spionasenya tersebut. Selain itu, juga merusak persahabatan yang telah terjalin lama.

Belum lama ini, harian La Monde membeberkan, NSA telah menyadap 70,3 juta percakapan telepon di Perancis antara 10 Desember 2012 dan 8 Januari 2013. Masih dari harian yang sama, program spionasi AS juga telah terlibat langsung dalam memata-matai kegaitan Kedutaan Besar Perancis di seluruh dunia, termasuk di Jakarta.

Meski beberapa pihak menyangkal tudingan tersebut—salah satunya James R Clapper, Direktur Intelijen Nasional AS—tapi tudingan miring terhadap pemerintah AS terlanjur menyebar. Salah satu yang paling dikhawatirkan adalah timbulnya keregangan-keregangan di dunia Internasional. (The Guardian)