Find Us On Social Media :

Tempe Itu Asli dari Jawa Tengah

By Mayong Suryo Laksono, Minggu, 10 November 2013 | 09:00 WIB

Tempe Itu Asli dari Jawa Tengah

Intisari-Online.com Siapa sih yang belum pernah makan tempe? Tempe goreng, tempe bacem, kering tempe, kripik tempe, mendoan, oseng-oseng tempe dan bahkan ada burger tempe! Tempe merupakan makanan sehat dan sumber protein. Asalnya dari Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Kapan orang mulai membuat tempe? Diperkirakan sebelum abad ke-16. Tempe yang dimaksudkan di sini adalah tempe dari kacang kedelai. Kacang kedelai sudah ditanam di Jawa sebelum kedatangan orang Hindu. Mungkin dibawa orang Tamil. Cuma kedelainya bukan putih atau kuning, melainkan hitam. Menurut orang Jawa zaman dahulu, "dele" artinya "hitam".

Dalam tulisan kuno Serat Sri Tanjung dari abad ke-12 atau ke-13, ada bait yang menceritakan berbagai jenis tanaman yang tumbuh di tegalan Ki Sudapeksa. Di antaranya terdapat "kadele" (kedelai). Serat Centhini jilid II dari abad ke-18, menceritakan tentang perjalanan Mas Cebolang, putra Seh Akadiyat dari Purbalingga. Ketika dijamu Ki Amongtrustha, ia disuguhi "bubuk dhele", bubuk kedelai. Di Mataram, Mas Cebolang melihat sesaji yang dilengkapi dengan kedelai hitam goreng. Lalu di Dusun Tembayat, Kabupaten Klaten, Mas Cebolang dijamu Pangeran Bayat. Di antara suguhannya terdapat tempe dan "asem sambel lethokan". Sambal lethok dibuat dari tempe dan sampai sekarang masih sering dimakan orang Jawa Tengah.

Tempe dibuat dengan menggunakan ragi. Ragi tempe mengandung kapang (cendawan). Kapang tempe banyak menempel pada daun waru. Mungkin dulu ada orang yang membungkus kedelai rebus dengan daun waru, lalu kedelai itu ketularan kapang. Ketika kedelai "bulukan" itu diolah, ternyata enak sehingga dibuat lagi dan dibuat lagi. Ketika kita sudah mengenal kedelai berwarna putih, kedelai itu lebih disukai untuk bahan tempe.

Bagaimana cara nenek moyang kita membuat tempe? Mula-mula biji kedelai direbus sampai masak. Setelah dingin, kulitnya dilepaskan dengan cara ... diinjak-injak! Setelah kulitnya dibuang, bijinya direndam semalam. Baunya jadi tidak enak! Biji kedelai direbus lagi sampai lunak, ditiriskan, dan dibiarkan dingin. Sementara itu, daun waru yang banyak kapangnya dirobek-robek dan diletakkan di cobek tanah. Cobek itu ditaruh di atas api sampai daunnya kering tetapi tidak gosong. Kapangnya jadi mudah dipisahkan dari daun. Kapang ini dicampurkan dengan kedelai rebus yang sudah dingin. Setelah dibungkusi dengan daun, kedelai ini diperam dalam karung selama 48 jam. Maka, jadilah tempe!Seiring dengan kemajuan zaman, pembuatan tempe pun bertambah bersih dan canggih. Kedelai rebus tidak lagi diinjak-injak, tetapi dikupas dengan mesin. Ragi tempe tidak diambil langsung dari daun waru, tapi sudah dalam bentuk bubuk, hasil biakan di laboratorium. Mengolah tempe rebus dengan ragi dan tanpa garam, dilakukan pula oleh orang Cina, Jepang, India dan lain-lain. Namun mereka tidak memakai kapang, tetapi bakteri. Jadi orang menduga, kemampuan membuat tempe kedelai adalah penemuan orang Indonesia. Suhu, kelembapan, dan udara di Jawa memang cocok sekali untuk pertumbuhan kapang tempe. Ketika orang Jawa merantau ke tempat-tempat lain di Indonesia, mereka membuat tempe di tempat yang baru. Pertengahan abad ke-19, Belanda mengangkut orang-orang Jawa untuk dijadikan kuli perkebunan di Suriname, jajahan mereka di Amerika Selatan. Para pekerja itu membawa pula keterampilan membuat tempe ke sana. Kini tempe bisa ditemukan juga di Malaysia, Thailand, Belanda, Australia, dan beberapa kota Eropa, bahkan Amerika.