Find Us On Social Media :

Belajar Antre atau Mati

By Ade Sulaeman, Sabtu, 14 Desember 2013 | 19:30 WIB

Belajar Antre atau Mati

Intisari-Online.com - Seorang sahabat mengirimkan tulisan menarik yang didapatnya dari sebuah milis – tentang “belajar mengantre vs matematika”. 

Ketika saya periksa lewat google saya mendapatkan salah satu sumbernya: Kaskus. Karena bermanfaat, saya mohon izin mengadaptasinya dalam tulisan ini.

Dikisahkan tentang seorang guru yang mengatakan, sebagai guru ia tak terlalu cemas jika anak didiknya tak pandai matematika. Dia jauh lebih cemas jika mereka tak pandai mengantre.

Ditanya kenapa, dengan penuh keyakinan dia menjawab cukup sekitar tiga bulan intensif untuk menguasai matematika. Untuk pandai mengantre dan mengingat pelajaran di balik proses mengantre, perlu setidaknya 12 tahun.

Selanjutnya dikatakan, kelak tidak semua anak didiknya memilih profesi yang berhubungan langsung dengan matematika kecuali keterampilan tambah, kali, kurang, dan bagi.

Namun yang jelas, semua anak didiknya itu akan memerlukan etika dan moral (yang didapatkan dari pelajaran mengantre) sepanjang hidup mereka kelak.

Lalu dengan tangkas guru itu menjelaskan sebagian nilai-nilai kehidupan berharga di balik keterampilan mengantre, yang akan saya adaptasi sesuai konteks tulisan ini.

Pertama, anak akan belajar manajemen waktu dengan baik, terencana, dan jika ingin mengantre paling depan, ia harus datang lebih awal.

Kedua, anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba, terutama jika ia berada di antrean paling belakang.

Ketiga, anak belajar menghormati hak orang lain (dan haknya sendiri), yang datang lebih awal dapat  giliran lebih dulu.

Keempat, anak belajar berdisiplin.

Kelima, anak belajar kreatif memikirkan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan selama mengantre (di Jepang biasanya orang membaca buku saat mengantre).