Penulis
Intisari-Online.com - Seorang perwira polisi di Brasil mengejutkan rekan-rekan sekerjanya setelah mengambil cuti panjang dan saat kembali bertugas dia sudah menjadi seorang perempuan.
Thiago de Costa Teixeira (33), memimpin unit anti-narkoba untuk kepolisian kota Goiana, Brasil. Akhir tahun lalu Thiago mengambil cuti panjang selama tiga bulan.
Ternyata selama tiga bulan itu, Thiago pergi ke Thailand untuk menjalani operasi kelamin dan kembali bekerja sebagai seorang perempuan bernama Laura.
Keputusan Thiago mengganti kelaminnya itu justru mendapat pujian dari atasannya di kepolisian. Para aktivis LGBT Brasil mengatakan Thaigo alias Laura adalah warga Brasil pertama yang tak dipecat dari pekerjaannya setelah berganti kelamin.
Selain berganti kelamin, Thiago juga melakukan pembedahan di wajahnya dengan mengubah bentuk rahang dan hidungnya sehingga menjadi lebih feminim. "Saya selalu ingin menjadi seorang perempuan. Namun saya terlalu malu untuk mengakuinya," kata Thiago.
"Awalnya saya khawatir membayangkan reaksi rekan-rekan saya di kepolisian. Namun sejauh ini sambutan mereka sangat positif," lanjut dia.
Atasan Thiago di kepolisian Goias, Daniel Diniz Adorni menilai keputusan anak buahnya untuk berganti kelamin adalah sebuah bukti keberanian.
"Bagi kami, apa yang dilakukannya bukan masalah. Kami lebih memikirkan bagaimana cara memberantas korupsi, kekerasan dan perilaku buruk sejumlah petugas kami," kata Adorni.
"Laura adalah petugas yang terbaik. Dan penilaian terhadap dia tidak akan berubah hanya karena dia berganti kelamin. Dia akan terus memegang jabatannya seperti saat masih menjadi Thiago," lanjut Adorni.
Sementara itu, Luiz Mott seorang aktivis hak-hak kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) menilai kasus Thiago alias Laura ini adalah sebuah momen bersejarah untuk kelompok LGBT.
"Ini adalah momen bersejarah dalam proses memperjuangkan persamaan hak bagi para pekerja transgender," kata Mott.
Menurut Mott, Laura adalah orang pertama di Brasil yang tidak diberhentikan dari tempatnya bekerja setelah menjalani operasi perubahan kelamin.
"Lebih penting lagi Laura bekerja di sebuah instansi pemerintah dan tetap diizinkan bekerja di posisinya tanpa resistensi dari para atasan dan koleganya," ujar Mott.
Bagi Laura sendiri, perubahan kelamin ini membuatnya berharap atasannya kini mau memindahkannya ke unit kepolisian yang menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan.
"Kini sebagai perempuan saya bisa membuat perubahan dalam melakukan investigasi dan membantu para transgender yang menjadi korban kekerasan karena keputusan yang mereka buat," kata Laura. (kompas.com)