Rusia Siap Invasi Ukraina (2)

Ade Sulaeman

Penulis

Rusia Siap Invasi Ukraina (2)

Intisari-Online.com - Pasukan Rusia memperkuat kontrol mereka atas Crimea dan kerusuhan menyebar ke wilayah lain Ukraina, Sabtu. Semua itu dilakukan setelah pengumuman Rusia siap menginvasi Ukraina.

Para demonstran pro-Rusia bentrok dengan para pendukung pemerintah baru Ukraina dan mengibarkan bendera Rusia di atas gedung-gedung pemerintah di beberapa kota.

"Ini mungkin situasi yang paling berbahaya di Eropa sejak Soviet menginvasi Cekoslowakia tahun 1968," kata seorang pejabat Barat yang tidak mau disebut namanya. "Secara realistis, kita harus mengasumsikan Crimea berada di tangan Rusia. Tantangannya sekarang adalah untuk mencegah Rusia mengambil alih wilayah berbahasa Rusia di Ukraina timur."

Putin meminta parlemen untuk menyetujui penggunaan pasukan "terkait situasi luar biasa di Ukraina, ancaman terhadap kehidupan warga Federasi Rusia, rekan-rekan kita" dan untuk melindungi Armada Laut Hitam di Crimea.

Majelis tinggi parlemen Rusia secara cepat dan dengan suara bulat menyatakan "setuju" atas permintaan itu. Hal itu ditayangkan langsung di televisi.

Negara-negara Barat pun bergegas memberi tanggapan, tetapi hal itu sebatas pada kata-kata. Seorang pejabat AS mengatakan, Menteri Pertahanan Chuck Hagel telah berbicara dengan mitra Rusia-nya, Sergei Shoigu. Pejabat itu mengatakan, sejauh itu belum ada perubahan dalam postur militer AS.

Kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mendesak Moskwa untuk tidak mengirim tentara. Menteri Luar Negeri Swedia, Carl Bildt, mengatakan, itu "jelas melanggar hukum internasional". Presiden Ceko Milos Zeman menyamakan krisis itu dengan invasi tahun 1968 ke Cekoslowakia.

"(Ada) kebutuhan mendesak untuk meredakan ketegangan di Crimea," kata Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, lewat kicauan di Twitter. "Para sekutu NATO terus berkoordinasi secara erat."

Sementara itu, Putin mengatakan, permintaannya terkait otorisasi penggunaan kekuatan di Ukraina akan berlangsung "sampai terjadi normalisasi situasi sosial-politik di negara itu".

Justifikasinya, yaitu kebutuhan untuk melindungi warga Rusia, sama seperti yang ia gunakan saat melancarkan invasi ke Georgia tahun 2008.

Sejauh ini belum ada tanda-tanda aksi militer Rusia di Ukraina di luar Crimea, satu-satunya wilayah negara itu yang berpenduduk mayoritas etnis Rusia, dan sudah sering menyuarakan niat untuk memisahkan diri.

Sementara itu di Independence Square di pusat kota Kiev, di mana para demonstran telah berkemah selama berbulan-bulan saat melawan Yanukovich, sebuah film Perang Dunia II tentang Crimea sedang ditampilkan di layar raksasa, ketika Yuri Lutsenko, mantan menteri dalam negeri, menyela untuk mengumumkan keputusan Putin.

"Perang telah tiba," kata Lutsenko. Ratusan warga Ukraina di alun-alun itu pun bernyanyi, "Kemuliaan bagi para pahlawan. Kematian bagi para penjajah". (kompas.com)