Penulis
Memasuki ruangan Bunda Waterbirth yang menempati areal 5 x 4 m di dalam kamar bersalin RSIA Bunda Jakarta, kita akan melihat sebuah bath-tub besar berbentuk setengah lingkaran. Bath-tub ini dilengkapi dengan sandaran bagi ibu yang akan melakukan proses persalinan. Terdapat pula sebuah alat pemanas, dan pengukur suhu air. Ruangan ini juga dilengkapi dengan meja yang berfungsi sebagai tempat untuk membersihkan bayi. Seperangkat hi-fi/minicompo, dan lilin aroma terapi pun disiapkan membantu jalannya proses kelahiran. Juga sebuah tempat tidur. Jika terpaksa operasi di ruangan ini pun dapat segera dilakukan.
Melahirkan dengan cara berendam di air hangat ini dapat mengurangi stres yang berhubungan dengan hormon. Ibu bisa lebih rileks dan nyaman, menurunkan tekanan darah akibat ketegangan atau kecemasan. Suasana hati ibu menjadi lebih rileks dan mental ibu pun menjadi lebih siap. Ketika berendam seorang ibu merasa rileks sehingga tubuhnya mengeluarkan endorfin yang bermanfaat menghambat rasa sakit. Kondisi rileks dan nyaman ini sangat menguntungkan karena ibu dapat lebih berkonsentrasi pada proses persalinan yang sedang dihadapinya.
Persalinan di dalam air selain membuat ibu rileks dan nyaman, juga membuat sirkulasi darah di rahim lebih baik. Sirkulasi darah yang lancar turut mengurangi rasa sakit. Kontraksi rahim lebih baik, sehingga oksigenisasi ke janin menjadi lebih baik pula. "Melalui waterbirth tingkat nyeri yang dirasakan ibu dapat berkurang hingga 30 persen," ujar dr. Farsyah Soemardo, Sp.OG. salah satu dokter pengembang Bunda Waterbirth di RSIA Bunda, Jakarta.
Lebih lanjut dr. Farsyah menjelaskan bahwa dengan metode waterbirth, robekan alat genital (perineum) dapat diminimalkan, dan mengurangi tindakan episiotomi (menggunting perineum saat janin akan lahir). Karena daerah perineum direndam di dalam air, membuat bagian itu lebih elastis dan lentur. Jadi kalaupun terjadi robekan mungkin tidak terlalu luas.
Metode persalinan dalam air, meskipun tingkat risikonya kecil, tetap saja perlu kewaspadaan akan adanya komplikasi. Risiko tidak terjadi jika syarat dan kontraindikasi persalinan di dalam air terpenuhi. Komplikasi yang mungkin dapat terjadi, misalnya, hipotermi (suhu badan di bawah normal), hiponatremia/terlalu banyak air dalam tubuh (suatu kondisi di mana kadar Sodium atau natrium dalam serum/darah lebih rendah dari 135 mEq/L). "Tetapi itu sangat kecil kemungkinannya," tegas dokter Farsyah.
Proses menjelang persalinan bisa saja membutuhkan waktu yang lama apalagi untuk ibu yang baru pertama kali bersalin. Meskipun melahirkan di dalam air, bukan berarti seorang ibu harus berendam berjam-jam di dalam air sampai jabang bayinya lahir. Tidak demikian rupanya. Sang ibu masuk ke dalam air saat mulut rahim sudah dalam tahap pembukaan 6 - 8 cm. Sehingga proses melahirkan di dalam air ini hanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam.