Find Us On Social Media :

Penyandang Epilepsi Bisa Hidup Optimal

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 19 Februari 2012 | 00:00 WIB

Penyandang Epilepsi Bisa Hidup Optimal

Intisari-Online.com – Epilepsi yang dikenal oleh awam adalah gejala yang diawali dengan kejang-kejang, kelojotan, keluar busa pada mulut penderita, lalu tak sadarkan diri. Epilepsi juga dikenal sebagai penyakit kutukan atau karena guna-guna, seringkali disalah persepsikan sebagai penyakit akibat kerasukan roh, hanya terjadi pada anak-anak, bisa menular melalui air liur, tidak boleh kena air atau dekat api.

Epilepsi merupakan penyakit serius menahun yang berkaitan dengan saraf. Sebagaimana diketahui, otak kita terdiri dari sekitar seratus milyar sel-sel saraf yang disebut neuron, mereka membawa sinyal ke seluruh bagian otak dan antara otak ke bagian-bagian lain dari tubuh. Masing-masing neuron menghasilkan sinyal listrik, yang kemudian disebarkan oleh neurotransmitter dalam bentuk sinyal penghantar listrik. Pada suatu serangan epilepsi, terjadi aktifitas listrik abnormal di otak, dengan bentuk manifestasi berupa serangan-serangan kejang atau bentuk lain sperti perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran dan perubahan-perubahan lain yang hilang timbul, baik yang terasa atau terlihat. Demikian penjelasan dari Dr. Hardiono D. Pusponegoro, Sp.A (K) mengenai terjadinya epilepsi.

Penyebab gangguan listrik di otak antara lain kerusakan jaringan misalnya tumor otak, cedera kepala, atau akibat gejala sisa dari suatu penyakit seperti infeksi otak (meningitis, encephalitis), gangguan pembuluh darah otak (stroke), cacat lahir, kelainan genetika, serta sekitar 30 persen tidak diketahui penyebabnya.

Jenis serangan yang termasuk umum adalah pasien tampak hilang kesadaran sesaat (bengong). Biasanya hanya beberapa detik saja, kejang kelojotan seluruh tubuh yang kadang disertai mulut berbusa, kejang/kaku seluruh tubuh, atau tiba-tiba jatuh seolah-olah tidak ada tahanan, atau berupa kontraksi dari salah satu atau beberapa otot tertentu.

Jenis serangan lainnya, contohnya pasien tiba-tiba merasa mual/rasa tidak enak di ulu hati yang menjalar ke atas kadang diikuti nyeri kepala atau tiba-tiba merasa cemas, dan ketakutan yang biasanya berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit saja.

Yang patut diingat, epilepsi tidak menular dan pengaruh faktor keturunan sangat kecil. “Hanya 1 persen dari total penyandang epilepsi di Indonesia yang diturunkan secara genetik. Deteksi dini serta perawatan sejak balita, sangat efektif untuk menyembuhkan epilepsi secara total,” kata Dr. Hardiono lagi.

Pengobatan epilepsi harus dilakukan secara teratur. Penghentian obat secara mendadak dapat mengakibatkan serangan baru yang bisa berdampak serius, seperti serangan epilepsi beruntun. Penghentian obat tergantung dari usia penderita dan tipe epilepsi yang diderita.

Bagaimana tindakan yang dapat dilakukan bila kita menghadapi seorang penderita epilepsi yang mengalami bangkitan epilepsi?