Find Us On Social Media :

Alergi Makanan

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 20 April 2012 | 07:38 WIB

Alergi Makanan

Intisari-Online.com – Alergi makanan boleh dikatakan merupakan alergi yang paling disalahpahami. Dua dari lima warga Amerika Serikat merasa alergi terhadap makanan-makanan tertentu. Namun, kenyataannya tidak sampai 1% yang benar-benar memiliki alergi makanan.

Sembilan puluh persen penyebab alergi makanan adalah zat-zat protein tertentu dalam susu sapi, putih telur, kacang-kacangan, gandum atau kedelai. Makanan lain yang dapat menimbulkan masalah adalah buah buni-bunian, kerang-kerangan, jagung, kacang polong gum arabic (bahan pengental yang digunakan pada makanan yang diawetkan). Cokelat yang sejak lama dianggap pemicu alergi (terutama di kalangan anak-anak), sesungguhnya malah jarang menimbulkan alergi.

Tanda-tanda dan gejala alergi makanan antara lain:

Jika menjumpai tanda-tanda tadi, kita bisa melakukan perawatan sendiri. Menghindari merupakan jalan terbaik dalam mencegah timbulnya alergi. Kalau memilih makanan pengganti, berhati-hatilah agar memilih makanan yang mengandung zat-zat gizi yang diperlukan. Jika sebelumnya kita pernah mengalami reaksi alergi hebat, kenakan gelang atau kalung pemberi tanda. Benda semacam ini biasanya tersedia di toko-toko obat. Tanyakan pada dokter tentang obat-obat darurat yang perlu dibawa. Tak kalah penting, tentu saja mempelajari teknik-teknik penyelamatan, dan sebaiknya ajarkan teknik-teknik itu pada anggota keluarga dan teman-teman.

Dengan pertolongan medis, alergi makanan dapat didiagnosis melalui proses bertahap yang mencakup 5 langkah:

  1. Riwayat alergi yang dialami, seperti kapan saja gejala itu muncul, makanan-makanan apa saja yang menimbulkan masalah, jumlah makanan yang diperlukan sampai memicu gejala itu dan apakah keluarga mempunyai riwayat alergi.
  2. Memiliki catatan harian makanan untuk melacak kebiasaan makan, gejala yang timbul, serta obat yang digunakan waktu itu.
  3. Pemeriksaan fisik.
  4. Beberapa pengujian seperti: tusuk kulit dengan menggunakan beberapa ekstrak makanan dan pemeriksaan darah untuk mengukur IgE (salah satu protein pertahanan tubuh) juga bisa membantu. Kedua tes itu tidak bisa tepat 100%. Pengujian itu mungkin lebih berguna dalam menentukan makanan apa yang tidak membuat Anda alergi.
  5. Diet pantang makanan tertentu merupakan tes standar, sebab diet tersebut dapat mengarahkan gejala langsung pada makanan tertentu. Namun tes itu tidak dapat digunakan apabila Anda mengalami reaksi alergi hebat.

Untuk reaksi alergi ringan terhadap makanan, dokter mungkin cukup memberi resep obat-obat antihistamin atau krim kulit saja.

Reaksi alergi hebat seperti anafilaksis atau asma akut merupakan masalah yang sangat serius karena dapat mendatangkan maut. Reaksi semacam itu memang jarang. Kebanyakan reaksi terbatas pada ruam-ruam dan bengkak. Tetapi, ini tidak berarti reaksi itu boleh diabaikan. Kekurangan gizi dan keadaan  yang menekan sistem kekebalan bisa meningkatkan kemungkinan timbulnya alergi makanan.

Anak-anak memiliki kemungkinan 10 kali lebih besar untuk mengalami alergi makanan daripada orang dewasa. Sewaktu sistem pencernaan menjadi lebih sempurna, kecenderungan anak menyerap makanan yang memicu alergi juga akan berkurang. Biasanya, anak-anak yang alergi terhadap susu, gandum, dan telur, baru mampu mengatasi alerginya di sekitar usia 6 tahun. Sedangkan alergi yang hebat dan alergi terhadap kacang-kacangan dan kerang-kerangan kemungkinan besar akan menjadi alergi seumur hidup. (Mayo Clinic Guide to Self Care)