Penulis
Intisari-Online.com - Madu banyak dikenal mempunyai segudang manfaat. Berbagai penelitian ilmiah pun membuktikan cairan bening keemasan dan lezat rasanya ini berfaedah membunuh bakteri yang mematikan. Namun, penggunaan madu yang baik seharusnya juga tak mengabaikan sisi negatif yang dimilikinya. Mengapa demikian?
Menurut Ika Puspitasari, farmakolog dari Universitas Gadjah Mada, di banyak negara, terjadinya alergi akibat serbuk sari tengah menjadi menjadi perhatian. Padahal, madu dibuat dari bahan dasar nektar bunga yang sangat bersinggungan dengan serbuk sari. Jadi, pemakaian madu perlu memperhatikan terjadinya alergi ini.
Contohnya, di Finlandia pernah dilaporkan adanya kejadian alergi. Seorang peneliti melaporkan adanya alergi madu merupakan kejadian 2 % dari kejadian alergi akibat makanan. Bentuk alerginya adalah anafilaksis shock yang fatal dan asma. Bentuk protein yang dikandung madu juga sangat mungkin berperan. Selain itu madu yang dibuat dari nektar bunga aster juga akan memicu alergi.
Alergi madu bisa terdeteksi melalui beberapa gejala ringan. Misalnya, merah dan bengkak di mulut, bibir, kelopak mata, dan kulit, serta hidung meler.
Madu juga bisa memicu penyakit infan botulism (IB) yang patut diwaspadai bayi. IB adalah penyakit kelumpuhan yang menimpa anak di bawah usia satu tahun. Penyakit ini pertama kali ditemukan tahun 1976.Penyebab IB adalah racun botulinum yang diproduksi oleh spora bakteri Clostiridium botulinum di usus bayi. Spora ini masuk lewat tanah dan debu.
Nah, sebuah survei di Kanada menemukan 5% spora tersebut juga ada pada madu. Kemungkinan lebah madu-lah yang tercemar racun botulinum dari lingkungan. Akibatnya, saat memproduksi madu, madu tersebut telah tercemar racun.
Gejala IB yang kerap muncul di awal biasanya berupa kesulitan buang air besar (BAB). Gejala lainnya adalah lemas, menangis yang lemah, kesulitan menelan, melihat, lemah dalam menyusui, dan kehilangan kontrol kepala. Jika tak segera diantisipasi, bayi akan mengalami kelumpuhan diafragma sehingga kesulitan bernafas. Cukup merepotkan memang.
Agar tidak memicu terjadinya IB, sebaiknya madu hanya diberikan kepada anak di atas usia satu tahun. (Rahasia Sehat Madu, 2007)