8 Kebiasaan Buruk Menggosok Gigi

Agus Surono

Penulis

8 Kebiasaan Buruk Menggosok Gigi

Intisari-Online.com - Untuk apa Anda menggosok gigi? Menghindari sakit gigi atau mencegah bau mulut? Apa pun alasan Anda, simak delapan kebiasaan buruk yang bisa saja Anda tanpa sadar melakukannya. Jika kebiasan buruk ini Anda lakukan, tujuan dari menggosok gigi bisa saja hanya mencegah bau mulut. Padahal, kebiasaan yang salah itu bisa menjurus ke gigi berlubang, membusuk, dan penyakit gusi.

Apa saja ke-8 kebiasaan buruk itu?

Menggosok gigi tidak lama.

Menurut dokter gigi Michael Lencher, kebanyakan orang menggosok gigi kurang lama. Para dokter gigi menganjurkan untuk menggosok gigi antara dua dan tiga menit. Sementara itu, rata-rata orang menggosok gigi adalah satu menit. Bisa karena terburu-buru mau kerja atau sudah ngantuk.

Ubah kebiasaan itu dengan memasang alarm sehingga Anda tahu seberapa lama dua atau tiga menit itu. Atau gunakan sikat gigi listrik dan setel waktu berputarnya antara dua dan tiga menit.

Tidak melihat yang Anda lakukan.

Karena sudah menjadi kebiasaan yang rutin, Anda pun melakukan gosok gigi tanpa memperhatikan kemana gerak sikat gigi. Ini tentu memberi kesempatan bagi kita untuk melihat celah-celah gigi tempat bersembunyi makanan yang akan mengakibatkan plak, tartar, atau bakteri penyebab radang gusi. Menyikat gigi secara otomatis itu juga menghilangkan kesempatan Anda melihat bagian dalam mulut terutama di belakang geraham. Padahal bisa saja kotoran tersembunyi di sana.

Cobalah sekarang menggosok gigi di depan cermin dan perhatikan aktivitas sikat gigi Anda.

Teknik menyikat yang kurang benar.

Enamel yang menjadi pelapis gigi tersusun atas batang-batang seperti gelas saling berimpitan. Ketika Anda mengikat dengan arah horisontal, secara tidak langsung Anda melakukan "penebangan" batang-batang tadi. Lama-lama batang gelas akan hancur dan perlindungan gigi tidak maksimal. Gigi pun mudah gompal atau patah.

Posisikan sikat dengan sudut 45 derajat terhadap permukaan gigi dan buatlah gerakan memutar dalam lingkaran kecil. Fokuslah pada beberapa gigi sebelum berpindah ke gigi lain. Atas bawah, depan belakang. Lalu sikat bagian gusi yang bersinggungan dengan gigi untuk mengusir plak yang rontok dan bakteri.

Menyikat terlalu keras.

Kemungkinan enamel hancur juga karena menggosok terlalu keras. Lalu jika Anda cenderung menyikat dengan menekan atau mengikir, kemungkinan itu bertambah besar. Ditambah dengan bulu sikat yang keras, tindakan itu menyebabkan takikan di dekat perbatasan gusi-gigi yang dikenal dengan luka abfraksi. Dengan tekanan yang berlanjut, takikan itu bisa semakin dalam, sampai ke bagian semen gigi.

Menggunakan sikat gigi yang salah.

Pastikan untuk membeli sikat gigi yang lembut atau sangat lembut untuk mengurangi kerusakan gigi. Lencher mengingatkan, meski sudah membeli yang lembut namun jika salah menggunakan bisa menyebabkan abrasi gigi. Anda mesti mengganti sikat gigi setiap tiga bulan karena selain sikatnya sudah tidak maksimal juga sikat gigi menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Untuk mencegah tumbuhnya bakteri, cucilah sikat gigi dengan air hangat seusai menyikat gigi. Lalu keringkan.

Menggunakan pasta gigi yang salah.

Pasta gigi baking soda bagus untuk menghilangkan noda karena abrasif, namun berarti juga mengancam enamel Anda. Jadi pikirkan sekali lagi. Sedangkan pasta gigi pemutih, sepengetahuan Lencher hal itu tidak akan melukai gigi Anda.

Lupa melakukan flossing.

Flossing mengangkat kotoran yang terselip di antara gigi yang tak bisa dilakukan oleh sikat gigi. Gigi berlubang kebanyakan berawal dari permukaan gigi yang bersinggungan. Bakteri terperangkap di sana, memperoleh makanan dari sisa-sisa makanan yang terjebak, mengumpul, lalu memproduksi senyawa yang "memakan" gigi. Jadi, menggunakan benang gigi bukanlah pilihan jika gigi tak ingin berlubang.

Anda tidak membilas setelah menyikat.

Menyikat dengan efektif dan menggunakan benang gigi baru satu langkah. Langkah menjaga kesehatan gigi akan sempurna dengan menggunakan obat kumur. Jika tidak ada obat kumur yang membunuh kuman, air putih saja cukup daripada tidak berkumur sama sekali.