Penulis
Intisari-Online.com - Sudah saatnya tak menabukan saat berbicara mengenai toilet. Oleh karena itu, Organisasi Toilet Sedunia (WTO) menetapkan tanggal 19 November sebagai Hari Toilet Sedunia. Hari untuk menyadarkan krisis sanitasi masih dialami warga dunia. Ini selayaknya menjadi kepedulian setiap orang.
Krisis sanitasi memang harus diperhatikan sebagai salah satu isu dunia yang mengkhawatirkan. Menurut data UNwater.org, hingga kini sekitar 2,5 miliar orang tak memiliki akses pada fasilitas sanitasi dan toilet yang layak. Sekitar 1,1 miliar orang terpaksa buang air besar dan kecil di tempat terbuka. Hal ini membuat air tanah terkontaminasi kotoran manusia. Akibatnya, hampir 900 juta orang dipaksa untuk mempertaruhkan hidupnya setiap hari dengan mengonsumsi air terkontaminasi tadi.
Dari kenyataan tadi, ada bahaya yang mengancam. Bahkan ancaman itu lebih besar dibandingkan dengan ancaman AIDS, malaria, dan campak sekaligus. Ya, setiap 20 detik seorang anak meninggal dunia karena penyakit akibat sanitasi buruk.
Sanitasi yang buruk juga berdampak secara ekonomi. Program sanitasi dan air dari Bank Dunia melaporkan bahwa setiap tahun sanitasi yang buruk merugikan India hingga 3 triliun rupee (sekitar AS$53,8 miliar). Di Asia Tenggara tercatat kerugian sebesar Rp88,5 triliun (AS$9,2 miliar) dan Kenya sekitar 27,7 miliar shilling (AS$324 juta). Jumlah yang cukup berarti itu diakibatkan oleh peningkatan biaya untuk menyediakan perawatan kesehatan dan penyediaan air minum (baik untuk rumah tangga atau keperluan pertanian). Selain itu akibat menurunnya pendapatan terkait dengan pariwisata sebab tempat-tempat yang sanitasinya buruk kurang menarik minat wisatawan.
Dalam logika yang sama, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menemukan bahwa setiap investasi AS$1dalam pengembangan sanitasi akan berdampak pada peningkatan ekonomi dari AS$3 hingga AS$34. "Membuat sanitasi yang baik dan terjangkau setiap orang di dunia, di mana pun mereka berada dan berapa pun uang yang mereka miliki, akan memungkinkan kita untuk membuat langkah besar dalam mengurangi penyakit diare pada anak-anak dan memberi mereka sebuah kehidupan yang layak untuk mereka," kata Jack Sim, pendiri dan direktur WTO dalam press release-nya.
Bagaimana kondisi di Indonesia?
Ternyata tak menyenangkan juga. Data Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyebutkan, masih ada 40 juta orang dari 241 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki toilet yang layak dan mengakibatkan penderita diare dari tahun ke tahun berkisar antara 3,5 sampai 4,5 juta jiwa (data Kementerian Kesehatan).
Jadi, saatnya peduli sanitasi. Ada atau tidak ada hari khusus toilet!