Find Us On Social Media :

Atasi Gizi Buruk dengan Sumber Pangan Lokal

By Rusman Nurjaman, Selasa, 29 Januari 2013 | 06:00 WIB

Atasi Gizi Buruk dengan Sumber Pangan Lokal

Intisari-Online.com - Di awal tahun 2013 ini peta situasi gizi nasional tampaknya masih belum beranjak membaik. Meski terjadi penurunan, tingkat gizi buruk di negeri ini masih tergolong tinggi, terutama di kalangan anak-anak dan balita.

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2010, misalnya, mencatat anak-anak dan balita yang mengalami hambatan pertumbuhan mencapai 36 persen. Ini ditandai dengan rendahnya tinggi badan pada usia tertentu atau tidak sesuai standar pencapaian pertumbuhan tubuh anak (stunting). Berat badan juga kecil. Sedangkan penderita gizi buruk secara umum mencapai 20 persen. Ironisnya, di beberapa kota besar didapati gejala kelebihan gizi hingga 14 persen. Salah satunya ditandai dengan gejala obesitas atau kegemukan.

Disparitas gizi yang tinggi

Berdasarkan data tersebut Prof. Dr. Ahmad Sulaeman, ahli gizi dari Fakultas Ekologi Manusia IPB, menyatakan bahwa terjadi kesenjangan gizi yang sangat tinggi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Menurut dia, di beberapa provinsi ada yang tingkat kekurangan gizinya lumayan rendah di bawah 10 persen, tapi di beberapa daerah lain di atas 30 persen.

Selain hambatan pertumbuhan, gejala kekurangan gizi juga bisa ditemukan pada anak-anak yang kekurangan vitamin A. Penderita gejala ini biasanya kemampuannya beradaptasi dari tempat gelap ke tempat terang berkurang. Begitu juga sebaliknya. Mukanya pun sering pucat, mudah letih, dan seterusnya. Sebagian penderita gizi buruk ini ada juga yang disebabkan kekurangan yodium.

Lebih jauh Ahmad menuturkan, masalah gizi buruk ini sebenarnya tidak perlu diatasi dengan upaya yang muluk-muluk. “Bila di pelosok-pelosok kampung yang lahannya masih luas bisa diatasi dengan pemanfaatan sumber pangan lokal,” kata Ahmad, di sela-sela kegiatan menyambut Hari Gizi Nasional, “Ayo Melek Gizi” bersama komunitas, di Kampung Nyalindung, Kecamatan Sukamakmur, Bogor, Jawa Barat, yang diselenggarakan oleh Sari Husada.

Potensi sumber pangan lokal

Ahmad menambahkan, banyak sumber pangan lokal yang bisa dimanfaatkan untuk bahan pola makan dengan gizi seimbang. Ia menyebut beberapa jenis umbi-umbian dan kacang-kacangan yang biasa ditemui di daerah setempat. Contoh: bayam, ubi jalar, ketela, pisang, dan lain-lain. Aneka jenis bahan pangan lokal itu sesungguhnya mengandung nustrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti kalsium, vitamin, protein, karbohidrat, dan seterusnya.

Selain itu, banyak juga jenis tanaman lokal yang bisa dimanfaatkan sebagai tanaman obat keluarga. Di antaranya, babadotan, daun ubi jalar, kemiri, manggis, harendong, pohpohan, binahong, jotang, jambu kluthuk, dan lain-lain. Semua tanaman itu bisa ditemui dengan mudah di kampung-kampung seperti Nyalindung yang masih dikelilingi lahan pertanian cukup luas.

Sementara itu gelaja kelebihan gizi yang dialami anak-anak di beberapa kota juga bukan hal yang baik. Kelebihan gizi bisa menyebabkan kegemukan atau obesitas. Gejala obesitas di masa muda akan mudah memicu munculnya penyakit seperti diabetes, darah tinggi, dan gangguan akibat kolesterol jahat dan jantung. Di sini, lagi-lagi, pola makan bergizi seimbang tetap penting untuk meminimalisir risiko kelebihan gizi.