Find Us On Social Media :

Hapus Stigma Penyandang Epilepsi

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 21 Maret 2013 | 21:00 WIB

Hapus Stigma Penyandang Epilepsi

Intisari-Online.com – Ajakan untuk lebih peduli terhadap epilepsi diserukan di seluruh dunia dalam rangka menyambut World Purple Day yang diperingati setiap tanggal 26 Maret setiap tahunnya. Stigma tinggi yang diterima para penyandang epilepsi (PE) itu sendiri dan keluarganya, stigma masyarakat, serta kepatuhan PE terhadap pengobatan merupakan masalah yang sering terjadi pada PE.

“Penyakit epilepsi menyerang sekitar 1% penduduk dunia. Dan ini harus dikontrol karena dapat menurunkan kualitas hidup mereka,” jelas dr. Fitri Octaviani, SpS., M.Pd. Ked., Ketua Perhimpunan Penanggulangan Epilepsi di Indonesia (PERPEI).

Angka kejadian epilepsi di negara berkembang mencapai 50 – 70 kasus per 100.000 penduduk. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa, diperkirakan jumlah pasien epilepsi (PE) berkisar antara 1,3 – 16,8 juta jiwa. Namun, masih banyak PE yang belum terdata karena mereka malu mengakui diri sebagai PE. Mereka masih menganggap epilepsi merupakan penyakit kutukan.

Nah, stigma inilah yang harus dihilangkan sehingga PE dapat hidup sejajar dengan masyarakat lainnya tanpa merasa rendah diri. Diharapkan seluruh lapisan masyarakat dapat memberikan dukungan penuh kepada penyandang epilepsi sehingga mereka mau berobat dan terkontrol hingga akhirnya dapat hidup tanpa perlu minum obat lagi.

Para penyandang epilepsi harus patuh terhadap pengobatan dan perlu memahami bahwa pengobatan epilepsi bersifat jangka panjang, antara 2 hingga 5 tahun. Mereka pun harus kontrol rutin ke dokter. Karena apabila tidak diterapi, epilepsi dapat mengakibatkan semakin luasnya area kerusakan otak yang berdampak pada menurunnya fungsi otak. (*)