Find Us On Social Media :

Epidemi … Gemuk?

By Lily Wibisono, Jumat, 22 Maret 2013 | 19:00 WIB

Epidemi ? Gemuk?

Intisari-Online.com - Hari ini 155 juta anak-anak di seluruh dunia kelebihan berat badan. Diperkirakan pada tahun 2020, kira-kira dua pertiga pengeluaran untuk kesehatan adalah karena obesitas. Jelaslah, kegemukan itu akan semakin menghabiskan uang.

Hal ini mungkin terjadi karena anak yang gemuk akan memiliki risiko tetap gemuk dan saat ia dewasa, bisa berlanjut menjadi obes. Tiga serangkai penyakit tidak menular paling menyebabkan kematian di Indonesia: stroke , hipertensi dan diabetes. Ketiganya berhubungan dengan obesitas dan kelebihan gizi. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi jumlah penderita diabetes di Indonesia tahun 2030 bakal meningkat; dari 8,4 juta di tahun 2000 menjadi 21,3 juta!

Indonesia sudah menduduki peringkat ke-4 dalam jumlah penderita diabetes, menurut data 2003. Ironinya, diabetes sekarang lebih meruyak di negara berkembang ketimbang negara maju, dengan “juara pertama” adalah India. Walaupun demikian, untuk Asia Tenggara, Singapura dan Malaysia masih paling tinggi. Bahkan di tahun 2025, Federasi Diabetes Internasional memprakirakan angka kejadian diabetes dan gangguan toleransi glukosa/pre-diabetes di kedua negara itu akan mencapai 30-an %. Data yang mengerikan itu disampaikan oleh Dr. Jacques Bindels, scientific director Asia Pacific R&D Danone Baby Nutrition, Kamis, 22 Maret 2013 dalam diskusi terbatas mengenai tren kelebihan nutrisi dan obesitas di Indonesia, yang diprakarsai oleh Nutricia.

Dr. Wijaya Lukito, pengajar dan peneliti program Pascasarjana Program Studi Ilmu Gizi FKUI, menimpali, “Istilah malnutrisi itu sekarang tidak hanya berarti kekurangan gizi, tetapi juga kelebihan gizi.” Mengacu pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, terbaca tren prevalensi kegemukan untuk remaja di atas 18 tahun, meningkat sangat  tinggi. Maka secara nasional, Indonesia menghadapi “dual burden”: kekurangan dan lebihan gizi. Ia juga mengingatkan masih banyaknya anak-anak yang pendek. Persentasenya 36.8% untuk usia di bawah 5 tahun. Masalahnya, kalau tidak berhasil mengejar ketertinggalannya dalam pertumbuhan, di saat ia mulai makan makanan padat kalori, maka ia akan lebih cepat menjadi gemuk dibandingkan dengan yang tinggi.

Lantaran itulah, perencanaan gizi yang tepat untuk usia 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak janin dalam kandungan sampai bayi berusia 2 tahun, penting sekali. Di sinilah Nutricia berupaya mengambil peran lewat edukasi. “Orangtua perlu memahami bahwa pemberian gizi yang tepat dan seimbang harus direncanakan sejak awal, bahkan sebelum kehamilan, terutama hingga bayi berusia dua tahun,” tegas Swissanto Soerojo, Medical Director PT Nutricia Indonesia Sejahtera (NIS). Kampanye Nutricia mengenai pentingnya Early Life Nutrition inimencakup juga pentingnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama  dalam kehidupan bayi.

Gemuk rupanya tak lagi pertanda kemakmuran, tetapi (bisa jadi) masa depan suram. Makanya, jangan sampai ia menjadi epidemi.