Penulis
Intisari-Online.com – Pria yang berusia lebih dari 50 tahun dianjurkan untuk menjalaniProstate Specific Antigen (PSA) dan pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) untuk mencari adanya benjolan keras yang bentuknya tidak beraturan setiap tahun, yang menandakan adanya kanker prostat. Apabila ada anggota keluarga yang menderita kanker prostat, sebaiknya pemeriksaan dilakukan sejak usia 40 tahun.
PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat dan berfungsi mengencerkan cairan ejakulasi untuk memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah. Apabila terjadi peradangan atau kerusakan jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat. Peningkatan kadar PSA bisa terjadi karena pembesaran prostat biasa atau kanker prostat.
Dari gabungan pemeriksaan PSA dan colok dubur, bila dicurigai akan adanya kanker prostat, maka dokter akan menganjurkan biopsi. Biopsi tidak menyakitkan bagi penderitanya. Biopsi dilakukan dengan bius lokal, lalu diambil jaringan yang dicurigai dengan jarum kecil yang dimasukkan lewat dubur. Bila diketahui hasil PSA tinggi, tapi belum ketahuan apakah ada kanker prostat atau tidak, maka pemeriksaan diulang 3 – 6 bulan.
“Pengobatan pada penderita kanker prostat, harus dilihat dari beberapa faktor,” jelas Prof. dr. Rainy Umbas, Ph.D., Sp.U. Faktor-faktor tersebut meliputi, stadium dari kanker prostat, umur si penderita, fasilitas rumah sakit, sifat mudah sakit dari si pasien, tahapan tumor, kelas tumor, pemulihan awal, serta pendapat pasien sendiri.
Beberapa pilihan pengobatan disampaikan kepada pasien, yaitu dengan operasi terbuka, laparoskopi atau laparoskopi robotik, mempertahankan fungsi seksual, radiasi, brachyterapy, terapi lokal, dan pengobatan hormonal. Dengan pengobatan hormonal diharapkan dapat menurunkan hormon testosteron yang dianggap sebagai bahan bakar kanker. Sementara pengobatan dengan radiasi diharapkan dapat menaikkan harapan hidup penderita.
Pada stadium awal, pengobatan dilakukan dengan metode Trifecta, yaitu mengontrol kanker, mengelola atau mengontrol kencing, dan mempertahankan fungsi seksual si pasien. Bila penderita sudah memasuki usia lanjut, pilihan sebaiknya pada pengobatan hormonal.
Sel-sel prostat dan kanker prostat bergantung pada hormon-hormon androgen (hormon seks pria) untuk kelangsungan hidupnya dan pertumbuhan. “Nah, dengan menghilangkan androgen akan membunuh sebagian besar sel-sel kanker prostat,” jelas Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD., KHOM, FACP.
Menghilangkan androgen dengan beberapa cara seperti orkidektomi (kastrasi) yaitu tindakan yang menghilangkan testis, obat minum yang memiliki efek seperti kastrasi, yang memblokir produksi testosteron termasuk agonis LHRH dan oral estrogen. Cara lain dengan anti-androgen, yang memblok efek dari testosteron (menghambat pengikatan dehidrotestosteron (DHT) dengan reseptor androgen). Atau dengan memperkuat blokade androgen secara intraselular, atau dengan terapi kombinasi.
Namun, ada akibat yang terjadi bila menghilangkan androgen, yaitu impotensi, hilangnya gairah seksual/libido, hot flashes (rasa terbakar di muka), naiknya berat badan, anemia/lemah lesu, berkurangnya fungsi otak, berkurangnya massa otot dan tulang (osteoporosis), risiko penyakit kardiovaskular, serta nyeri dan meningkatnya massa jaringan payudara. (*)