Find Us On Social Media :

Hepatitis B: Indonesia Urutan Ke-3 Di Asia

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 4 Juli 2013 | 08:00 WIB

Hepatitis B: Indonesia Urutan Ke-3 Di Asia

Intisari-Online.com – Diperkirakan, sepertiga populasi penduduk dunia pernah terpajan virus hepatitis B dan 350 – 400 juta orang di antaranya merupakan pengidap hepatitis B. Sekitar 600.000 orang meninggal setiap tahun akibat hepatitis B akut maupun kronis. Di Indonesia, angka pengidap hepatitis B pada populasi sehat diperkirakan mencapai 4 – 20,3 persen, dengan proporsi pengidap di luar Jawa lebih tinggi daripada di Pulau Jawa. (data dari Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia/PPHI).

Secara genotip, virus hepatitis B (HBV) di Indonesia kebanyakan merupakan virus dengan genotip B (66%), diikuti oleh C (26%), D (7%) dan A (0,87%). Di Indonesia, vaksin hepatitis B telah tersedia sejak lama.

Penderita hepatitis B dan C diperkirakan sebanyak 25 juta orang di Indonesia, sebanyak 50 persen di antaranya berkembang menjadi kronis dan 10 persen lainnya berkembang menjadi kanker hati. Saat ini belum ada vaksin untuk hepatitis C, namun penelitian pada penyakit ini masih terus berlangsung.

Indonesia menempati urutan ke-3 jumlah penderita hepatitis B  terbanyak di Asia sesudah Cina dan India. Namun sayangnya kepedulian semua pihak terhadap penyakit ini masih rendah. Di Indonesia, meski masalah penyakit ini sudah dicanangkan sebagai program nasional, namun langkah perbaikan masih harus dilakukan terutama mengenai pencegahan bagi mereka yang belum terpajan virus, pengobatan secara teratur bagi yang sudah terpajan, serta kendali harga obat.

Dari segi pencegahan, masih banyaknya masyarakat yang belum diimunisasi hepatitis. Padahal, melalui imunisasi ini angka kejadian penyakit dapat menurun secara signifikan.  Hepatitis dapat diobati sehingga apabila sudah terkena, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan.

“Namun, karena penyakit ini tidak menunjukkan gejala, seringkali pasien datang berobat dalam tahapan lanjut,” jelas Prof. dr. Laurentius A. Lesmana, SpPD-KGEH, FACP, FACG, selaku Pembina PPHI.

Deteksi dini sangat penting untuk melihat bagaimana tingkat kerusakan hati, tingkat konsentrasi jumlah virus sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan. (*)