Penulis
Intisari-Online.com - Presiden ke-3 Indonesia, BJ Habibie, mengingatkan kembali agar rakyat mempertimbangkan memilih calon presiden yang muda (40 tahun-60 tahun), pemecah masalah, berwawasan terbuka, dan rekam jejaknya baik. Akhir tahun 2013, pernyataan yang sama juga telah dikemukakan Habibie kepada Kompas.”Presiden yang akan datang haruslah berusia 40 tahun sampai 60 tahun, harus bisa menyelesaikan masalah-masalah bangsa dengan tuntas, dan sesuai jadwal. Kita berikan kesempatan bagi yang muda untuk berkembang dan yang muda juga harus lebih baik,” kata Habibie, dalam pidato penutup Uji Publik Capres 2014 di Jakarta, Rabu (26/3/2014).
(Baca juga: Jokowi Harus Didukung Tim Yang Kuat)Debat digelar The Habibie Center dan diikuti beberapa kandidat calon presiden Konvensi Partai Demokrat, yaitu Ali Masykur Musa (anggota Badan Pemeriksa Keuangan), Dino Patti Djalal (mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat), Gita Wirjawan (mantan Menteri Perdagangan), Irman Gusman (Ketua Dewan Perwakilan Daerah), dan Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina Jakarta nonaktif).Hadir sebagai panelis, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Indria Samego, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Hamdi Muluk, mantan Duta Besar Indonesia untuk Jerman Eddy Pratomo, ekonom The Habibie Center, Zamroni Salim, dan Duta Anti Perbudakan Migrant Care Melanie Subono.Habibie mengungkapkan, Soekarno menjadi presiden saat berusia 44 tahun dan Soeharto saat berusia 45 tahun. Selama 10 tahun pertama memerintah, kedua presiden itu memperlihatkan kerja yang bagus. Setelah itu, kinerjanya menurun. Menurut Habibie, Indonesia butuh pemimpin muda yang berkualitas lebih baik di antara para kandidat capres pada Pemilu 2014. ”Selamat berjuang, pilih yang tepat. Kalau satu sudah dipilih jadi presiden, kita semua harus bersatu mendukungnya,” katanya.Dalam pemaparan, para kandidat mengutarakan gagasan tentang Indonesia masa depan. Ali menjelaskan tiga tujuan yang harus diwujudkan Indonesia, yaitu keadilan sosial, meningkatkan kemakmuran rakyat, dan menjunjung martabat bangsa. Dino menyampaikan konsep tentang nasionalisme unggul sebagai etos, karakter, dan resep untuk memajukan Indonesia.Adapun Gita menegaskan, pemerintah perlu menata ekonomi dengan pendekatan fiskal. Tingkatkan jumlah pembayar pajak, manfaatkan dana hasil pajak untuk membangun infrastruktur di wilayah-wilayah Indonesia. Sementara Irman menegaskan pentingnya pemerataan pembangunan dan pengembangan infrastruktur di daerah-daerah.Anies memperkenalkan konsep ”1945”, yang mencakup satu semangat, sembilan pekerjaan, empat janji kemerdekaan, dan dalam waktu lima tahun. Sembilan pekerjaan itu mencakup membangun Indonesia merdeka, beradab, sejahtera, adil dan makmur, cerdas, sehat, erat, bermartabat, serta gotong royong.Minim program nyataHamdi memuji ide-ide besar tentang Indonesia dari para kandidat capres. Namun, bangsa ini masih kekurangan aktor-aktor yang mampu mewujudkan gagasan-gagasan itu dalam program nyata. Itu antara lain akibat minimnya orang-orang baik dalam birokrasi sehingga pemerintahan berjalan kurang efektif.Indria menilai gagasan para kandidat capres itu mengesankan. Dia meminta mereka untuk juga memecahkan masalah sistem presidensial di Indonesia dengan posisi presiden yang rentan diusik legislatif sehingga terpaksa membangun koalisi di parlemen. (Kompas)