Penulis
Intisari-Online.com - Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto menyayangkan terjadinya kasus kekerasan seksual terhadap AK, siswa di salah satu sekolah internasional di Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Rikwanto berpendapat, kejadian itu menunjukkan bahwa sekolah tidak menjalankan fungsi dan peran dengan baik. "Ini merupakan pelajaran bagi pihak sekolah," ujar Rikwanto di markas Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (14/4/2014) sore.
Rikwanto juga menyesalkan sistem perekrutan pegawai di dalam sekolah tersebut yang juga tidak memperhatikan aspek psikologis sehingga muncul kasus seperti ini.(Baca juga: Anak Ini Didakwa Setelah Melakukan Kekerasan Seksual)
Bahkan pelaku yang masih dalam tahap penyidikan, yakni AI dan VA, diduga mengalami kelainan seksual. Keduanya merupakan pekerja cleaning service berstatus outsourcing di sekolah itu.
"Perlu dievaluasi lagi siapa-siapa saja yang kerja di sana," tambah Rikwanto.
Dalam keterangannya, ibu korban, TH, menduga ada pelaku lain yang ikut melakukan kekerasan seksual terhadap AK, putranya. "Ada dua orang laki-laki (inisial ZA dan AN) yang biasa gantiin AI dan VA kalau lagi pergi istirahat makan siang," kata TH.
Menurut TH, kedua petugas pengganti tersebut tidak tercantum dalam daftar presensi karyawan yang tertera di dalam toilet. Dengan kata lain, ZA dan AN bekerja atas nama AI dan VA tanpa ada prosedur yang jelas.(Baca juga: Pria Juga Stress Jika Dilecehkan Secara Seksual)
"Ini juga saya pertanyakan. Kok bisa-bisanya orang lain menggantikan karyawan di dalam sana semudah itu," tambah TH, yang akan segera melaporkan hal ini ke kepolisian.
TH menuturkan, selama ini dia mengantar anaknya hanya sampai di gerbang sekolah karena peraturan sekolah melarang pengantar masuk ke dalam sekolah. Oleh karena itu dia tidak mengetahui persis kondisi di dalam sekolah itu.
Dikonfirmasi secara terpisah, pihak sekolah internasional tempat AK bersekolah mengatakan belum dapat berkomentar terkait masalah ini. "Kami harus berdiskusi dulu dengan Kepala Sekolah," tutur humas sekolah yang enggan disebutkan namanya. (Andri Donnal Putera/kompas.com)