Penulis
Intisari-Online.com - Partai Golkar dinilai cenderung pragmatis dalam setiap pemilu dikarenakan tak mempunyai sosok ketokohan yang kuat dalam tubuh partai berlambang pohon beringin tersebut.
Menurut Direktur Charta Politica, Yunarto Wijaya, karakter Golkar cenderung pragmatis karena merupakan bagian dari kekuasaan selama puluhan tahun. Karena itu dalam setiap pemilu, Golkar cenderung merapat pada calon yang kemungkinan besar menang.(Baca juga: Hitung Cepat Kompas: PDI-P, Golkar dan Gerindra Teratas)
"Golkar belum munculkan sosok yang kuat karena didirikan banyak tokoh. Kekuatannya tersebar, dan karakternya cenderung pragmatis karena puluhan tahun dalam kekuasaan," ujar Yunarto di hotel Whiz Cikini, Selasa (15/4/2014).
Dikatakannya, calon Presiden dari Partai Golkar seringkali tidak memiliki elektabilitas yang cukup. Seperti pada tahun 2004, 2009, dan kini 2014.
"Capres dari Golkar tak ada yang punya elektabilitas cukup. Selalu diwarnai perpecahan partai. Pola yang dimainkan Golkar, ikut berebut kekuasaan. Tapi ketika kalah, tetap masuk dalam kekuasaan," tuturnya.
"Bukan tidak mungkin Golkar tetap bagian dari kekuasaan meski ikut bertarung. Partai Golkar terbiasa dengan kekuasaan sehingga pragmatis politik melekat," paparnya. (Danang Setiaji Prabowo/tribunnews.com)