Penulis
Intisari-Online.com - Jokowi hidup prihatin sejak kecil. Jokowi tinggal di rumah yang sempit sejak lahir. Rumah itu terletak di bantaran sungai kumuh di Surakarta, berjejer dengan bangunan-bangunan lain yang nyaris serupa.
(Baca juga: Tanda Anak Kreatif)
Kebanyakan dinding terbuat dari bilik bambu dan tidak diwarnai. Setiap malam, rumah-rumah di kampungnya hanya diterangi lampu semprong. Itulah gambaran rumah Jokowi yang ditulis dalam buku Jokowi Memimpin Kota Menyentuh Jakarta, karya Alberthiene Endah (2012).
Bapaknya hanya mampu mengontrak rumah di bantaran kali itu. Permukiman yang semua orang mengenalnya sebagai kawasan kumuh, padat, tidak bersih, dan kurang sehat. Keluarganya mengalami keterbatasan pangan yang sudah mereka anggap biasa.
Meski Jokowi hidup prihatin sejak kecil, ia menganggap keprihatinan dalam kehidupan masa kecilnya adalah “pelajaran” pertama tentang hakikat kehidupan rakyat.
“Saya bisa melewati kehidupan yang cukup baik jika takarannya adalah bisa makan tiga kali sehari dan bersekolah. Orangtua saya, Notomihardjo dan Sujiatmi, adalah sosok luar biasa yang tahu bagaimana mengelola keluarga bahagia walau berada dalam kondisi serba terbatas,” kata Jokowi seperti yang ditulis dalam buku Jokowi Memimpin Kota Menyentuh Jakarta (2012).
(Baca juga: Pertanyaan-pertanyaan Pembangkit Kreativitas Anak)
Jokowi hidup prihatin sejak kecil. Dari apa yang dia lihat di masa kecilnya, tumbuh secara alami perasaan sehati dengan wong cilik: orang-orang kelas bawah yang menopang hidup mereka dengan keberanian, rasa syukur, dan tekad.