Intisari-Online.com - Persaingan menuju posisi RI 1 antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo kerap dikaitkan dengan persaingan antara “priyayi” dan “wong cilik”. Benarkah Prabowo wakili kaum priyayi sementara Jokowi wakili wong cilik?
Jika merunut pada pendapat Philips Jusario Vermonte, peneliti dari CSIS, maka pernyataan tersebut bisa dianggap benar.
Dalam pandangannya Philips menilai, Prabowo merupakan representasi kaum priyayi. Sementara menurut dia, Jokowi represesnti wong cilik.(Baca juga: Prabowo dan Jokowi Sama-Sama Anak Mama)
Philips menjelaskan pernyataannya tersebut berdasarkan perspektif feodalistik dimana kelas sosial masyarakat dibagi dalam kaum priyayi, kaum abangan serta kaum rakyat jelata alias wong cilik. Terdapat karakter, kewajiban dan hak yang berbeda antara masing-masing kelas sosial, yang menurut Philips cenderung timpang.
Perbedaan ini membuat kaum priyayi berjuang mempertahankan status quo-nya ketika melihat orang yang berasal dari kelas sosial lain menjadi populer, “Atau mungkin saja menjadi presiden,” ujar Philips.
Upaya mempertahankan status quo dari wong cilik yang dilakukan kaum priyayi tersebut dalam pandangan Philips terjadi juga kini. Di saat Jokowi wakili wong cilik, diserang dan direndahkan martabatnya oleh pendukung Prabowo yang mewakili kaum priyayi.
“Sebagian besar bukan dari elite sang rival, memang. Namun, dari tangan-tangan lainnya yang boleh jadi sengaja dibuat demi mempertahankan status quo,” tutur Philips.(Baca juga: Perang Kata-kata Jokowi-JK vs Prabowo-Hatta Makin Seru)
Kondisi ini, dimana perpektif feodalisme masih kuat di masyarakat Indonesia, sangat disayangkan oleh Philips. “Menyedihkan, menyaksikan ternyata feodalisme berurat-berakar demikian dalam di republik kita ini,” ungkap dia. “Alangkah indahnya demokrasi jika perspektif itu dihilangkan dan kompetisi dijalankan dengan fair.”
Setujukah Anda dengan pernyataan Prabowo wakili kaum priyayi dan Jokowi wakili wong cilik? kompas.com)