Quick Count dan Colekan Sambal Terasi

Tjahjo Widyasmoro

Penulis

Quick Count dan Colekan Sambal Terasi

Intisari-Online.com - Ada kemiripan antara "menjalankan survei tentang preferensi/pilihan warga masyarakat terhadap capres" dengan kegiatan "mencicipi sambal terasi yang sedang diuleg di sebuah cobek".

Sebab tujuan keduanya sama, yaitu bagi quick count: apakah bagian yang dicolek (diambil sebagai sampel) itu bisa mewakili gambaran preferensi masyarakat rata-rata atas pilihan mereka terhadap capres-capres yang sedang berkontestasi? Atau dalam hal sambal terasi: apakah tingkat kepedasan di bagian yang dicolek telah mewakili tingkat kepedasan rata-rata keseluruhan sambal di seluruh bagian cobek?

Persoalan yang sering muncul dalam survei layaknya "colekan sambal" di sebuah titik di cobek. Hasil cicipan seringkali menjadi tak mewakili keseluruhan tingkat kepedasan rata-rata seluruh cobek-sambal, karena:

  1. Sebaran kepedasan sambal di seluruh cobek itu memang tidak merata dan kebetulan colekan (mencicipi) dilakukan tepat di tempat yang kebetulan "sama sekali tidak pedas" atau sebaliknya dicolek "di tempat yang teramat pedas", sehingga hasil kesimpulannya salah karena tidak menggambarkan (tidak mewakili) tingkat kepedasan rata-rata seluruh cobek. Jadi ini salah sampling.
  2. Orang yang mencolek (atau mencicipi) sambal sudah paham bahwa tingkat pedasnya sambal memang tidak merata. Pencicip (pencolek) sambal secara sengaja mengambil tempat-tempat yang tertentu, untuk memberikan kesimpulan sesuai keinginannya.
  3. Orang yang mencolek sambal, bertindak tidak jujur. Sebenarnya dia (sang pencicip) tahu bahwa tingkat pedasnya sambal sudah merata, tetapi dikatakan bahwa sambal itu terlalu pedas atau terlalu hambar. Pencicip tidak jujur.
Begitulah logika quick count dengan sambal...

Salam sambal terasi

Arya Hadi Dharmawan, Pengajar di Institut Pertanian Bogor