Ayah Gemar Bermain Game Online, Anak Jadi Korban: Beragam Contoh Kasus

Ade Sulaeman

Penulis

Ayah Gemar Bermain Game Online, Anak Jadi Korban: Beragam Contoh Kasus

Intisari-Online.com – Senin (14/07) kompas.com mewartakan adanya seorang pria asal Tiongkok yang menjual anaknya demi mendanai game online yang dia mainkan.

Itu adalah salah satu dari banyak kasus yang menunjukkan bagaimana saat seorang ayah gemar bermain game online, anak jadi korban.

Terkini adalah contoh di Tiongkok di atas. Kecanduan bermain game online membuat pria pengangguran tersebut gelap mata. Butuh dana yang besar untuk membeli item di dalam game (in-app purchase), pria tersebut menjual anaknya.(Baca juga: Gangguan Jiwa karena Kecanduan Internet)

Awalnya hanya satu anak, yang diketahui merupakan hasil kelahiran yang tidak direncanakan. Namun, saat dirasa proses begitu mudah sementara uang yang diperoleh sangat banyak, pria ini nekat menjual anak keduanya.

Bagaimana dengan sang istri? Ternyata, meski tidak menyukai game online, dia senang anaknya tersebut dijual.

Untung saja ayah dari pria tersebut mengetahui hal aksi penjualan anak tersebut dan segera melaporkannya ke polisi.

Tak Hanya Dijual

Kasus yang menunjukkan bagaimana ayah yang gemar main game, menyebabkan anak jadi korban di atas mungkin jadi “biasa” jika merujuk pada dua kasus di bawah ini. Maklum, kedua ayah dalam kasus di bawah ini tega membunuh anaknya demi bermain game online.

Di Korea Selatan, seorang ayah tega membiarkan anaknya mati kelaparan demi bermain game online. Chung, marga dari pria tersebut, merupakan pengangguran yang menghabiskan waktunya di game center.(Baca juga: Smartphone Jadi Sasaran Baru Game Online)

Dengan kondisi istrinya bekerja penuh di pabrik, Chung justru hanya merawat anaknya dua hingga tiga hari sekali. Alhasil, anak tersebut mati kelaparan.

Sementara di Amerika Serikat, Cody Wygant membunuh anaknya hanya karena merasa tergganggu oleh tangisan sang anak saat dirinya bermain game.

Wygant mengakui dirinya tidak berniat membunuh sang anak, dia merasa “hanya” membekap mulut dan hidung sang anak agar tidak menangis. Setelah anak tersebut lemas dan berhenti menangis, Wygant justru menutup sekujur tubuh sang anak dengan kain. Lemas dan sulit bernapas, sang anak yang baru berusia 16 bulan tersebut pun meninggal dunia.

Semoga contoh kasus di atas dapat mencegah terulangnya kasus dimana ayah gemar bermain game dan anak menjadi korbannya. (kompas.com/hipwee.com/detik.com)