Penulis
Intisari-Online.com - Dalam konflik Israel – Palestina belakangan ini, sesungguhnya bukan hanya Palestina yang menderita lantaran gempuran roket-roket Israel. Sebaliknya, Israel juga harus terus mewaspadai serangan roket-roket dari para pejuang Palestina yang kian hari kian mengganas. Padahal mayoritas roket yang ditembakkan oleh Palestina bukanlah senjata canggih buatan pabrikan, melainkan hasil “industri rumahan” dari para pejuang alias buatan sendiri.
Namanya Al Qassam, roket yang sering membuat tentara dan penduduk Israel harus selalu jantungan itu sesungguhnya roket sederhana buatan tangan para pejuang. Proses pembuatan dan materialnya sangat sederhana, sehingga kemampuannya juga sangat terbatas. Syahdan, Al Qassam yang memiliki hulu ledak 9 kg itu hanya mampu menjangkau 5-20 km saja.
Karena tidak memiliki sistem pemandu, roket ini bisa menyasar ke arah mana saja seenaknya si roket. Inilah yang membuat warga Israel terutama di kota-kota seperti Sderot dan Ashkelon (Israel bagian selatan) merasa ketakutan dan terteror setiap kali mendengar tanda bahaya peringatan serangan roket dari arah Jalur Gaza.
Roket yang namanya diambil dari nama pejuang Palestina awal abad ke-20 Izz ad-Din al-Qassam itu tercatat mulai digunakan pada Oktober 2001.
Semakin hari, spesifikasi teknis Al Qassam dan kemampuannya dikabarkan semakin meningkat. Dari panjangnya yang semula sekitar 80 cm dengan berat 5,5 kg menjadi panjang 200 cm dengan berat 90 kg. Daya jelajahnya belangan terus meningkat mencapai belasan kilometer.
Hingga 2010, diperkirakan sekitar 5.000 roket sudah ditembakkan ke wilayah Israel. Menurut pihak Israel, serangan terbanyak tercatat terjadi pada 2008 yakni 1.752 roket.
Karena roket tidak bisa diarahkan dengan tepat, banyak pihak menilai sesungguhnya serangan roket ini tidak efektif untuk menghancurkan sasaran. Sejauh ini efek nyata yang diciptakan hanyalah ketakutan di warga sipil Israel.