Pesta Nikah Tak Harus Ramai dan Gemerlap (2): Undangan Hanya 100 Orang

Birgitta Ajeng

Penulis

Pesta Nikah Tak Harus Ramai dan Gemerlap (2): Undangan Hanya 100 Orang

Intisari-Online.com - Mereka tidak mau menggelar pesta pernikahan besar-besaran atau megah, meskipun mempunyai uang. Berbekal ide orisinal dan antikeformalan, mereka mengonsep pesta nikah sederhana tapi penuh keintiman. Bagi mereka, pernikahan tak harus ramai dan gemerlap.

---

Dalam pernikahan Ayu dengan Edwin, hanya diundang sekitar 100 orang. Para undangan yang datang sudah diminta secara spesifik oleh Ayu agar tidak memakai pakaian dan berdandan secara berlebihan. Dan tetamu ternyata patuh. Malah seorang undangan datang mengenakan kemeja berhias dasi pramuka dan memakai kacamata selam. “Entah alasannya apa,” kata Ayu seraya mengurai tawa.

Ketika tamu datang, tak ada buku tamu. Mereka cukup menandatangani foto-foto Ayu dan Edwin yang sudah dicetak dan dipajang. Lantas mereka dipersilakan memilih tempat duduk dan makan.

Sambil menunggu makanan disajikan waitress, Ayu duduk membaur bersama para tamu. Ia tidak ingin duduk saja di kursi pelaminan dan menyalami orang-orang sampai lelah dan lapar, sementara teman-teman serta keluarganya bereuni sambil makan-makan di bawah pangung. Ayu menolak kebiasaan itu mentah-mentah. Maka ia melebur dalam perbincangan hangat dengan para kerabat dan saudara di hari bahagianya.

Yang mengabadikan momen bahagia itu adalah teman Ayu, seorang fotografer. Di tiap meja juga disediakan satu kamera yang bisa dipakai siapa saja, sehingga tamu bisa ikut memotret.

Kesan sederhana juga tampak dari pakaian yang dikenakan Ayu dan Edwin berserta keluarga. Ayu memakai kebaya katun warna pastel, tanpa payet, dengan bawahan kain batik. Edwin mengenakan baju muslim dengan warna senada.

Ibu Ayu dan ibu Edwin memakai kebaya dengan warna pastel. Ayah Ayu dan pamannya Edwin memakai baju muslim dengan warna senada. Semua baju ini, ungkap Ayu, tidak ada yang seragam. Masing-masing membeli baju sendiri, dan hanya perlu menyamakan warna. “Sehingga kami tidak repot membelikan kain dan menjahitkan semua pakaian keluarga,” kata perempuan yang kini sedang melanjutkan studi di Duke University, Amerika Serikat.

Prosesi pernikahan sederhana juga diselenggarakan Alwin Jasim, 33 tahun, pada 7 April 2013. Acaranya hanya terdiri atas misa pemberkatan pernikahan dilanjutkan makan malam di salah satu hotel di wilayah Jakarta Selatan.

Sedikit berbeda dengan Ayu, acara pernikahan Alwin diawali dengan arak-arakan pengantin dan pihak keluarga menuju pelaminan yang dihiasi bunga-bunga. Lalu dilanjutkan sambutan dari masing-masing keluarga, serta beberapa rekan.

Acara yang dihadiri 100 tamu, terdiri atas keluarga dan sahabat dekat, ini dilanjutkan dengan santap malam. Pengantin dan keluarga langsung meninggalkan pelaminan, menuju meja makan dan berbaur dengan tamu. Sambil menunggu makanan dihidangkan waitress atau sembari mengambil makanan yang disajikan prasmanan, terjalin perbincangan hangat di antara tamu yang sudah lama tidak berjumpa.

-Tulisan ini ditulis di Majalah Intisari edisi Januari 2014 dengan judul Pesta Nikah Tak Harus Ramai dan Gemerlap-

-bersambung-