Find Us On Social Media :

Ingin Nyaman Menggowes? Perhatikan Keergonomisan!

By Rusman Nurjaman, Selasa, 13 Agustus 2013 | 17:00 WIB

Ingin Nyaman Menggowes? Perhatikan Keergonomisan!

Intisari-Online.com - Tak banyak yang menyadari bahwa manfaat dan kenyaman bersepeda akan didapat jika kita terhindar dari cedera. Salah satu potensi cedera yang selama ini sering terabaikan adalah faktor keergonomisan sepeda.

Dr. A. Andi Kurniawan, Sp.KO, dari Indonesia Sport Medicine Centre, menuturkan, keergonomisan bentuk sepeda membantu pesepeda memperoleh manfaat maksimal dan meminimalisir risiko cedera. Bentuk sepeda yang ergonomis dapat mengurangi kelelahan atau ketidaknyamanan yang dialami saat bersepeda. Tinggi stang yang sesuai, misalnya, dapat menghindarkan risiko cedera yang sering terjadi pada bagian belakang leher, bokong, atau bahu saat bersepeda. Maka, perlu diperhatikan bentuk sepeda yang paling aman dan nyaman bagi kita.

Bagi pesepeda yang bukan atlit, menurut Andi, saat mengayuh pedal pertahankan sudut sebesar 900 antara lengan dan tubuh. “Penggunaan sadel sepeda yang menyebabkan terjadinya rasa nyeri pada bagian depan pinggul sebaiknya dihindari,” papar dia. Oleh karena itu, tinggi setir sepeda sebaiknya tidak boleh lebih tinggi dari 10 cm di atas tinggi sadel sepeda.

Jarak antara sadel dan setir sepeda yang baik adalah sekitar separuh panjang sepeda secara keseluruhan. Jangan duduk terlalu jauh ke belakang. Tapi duduklah sedemikian rupa sehingga seluruh bagian bawah pinggul berkontak dengan sadel sepeda. Semua itu bertujuan agar punggung tidak berada dalam posisi terlalu membungkuk ataupun terlalu tegak.

Posisi tulang punggung yang tetap mempertahankan lekukan-lekukan alaminya akan mempertahankan kelenturan tulang belakang dalam menyangga tubuh saat melewati jalan yang tidak rata. Risiko cedera pada tulang belakang pun berkurang. Dengan posisi tulang punggung yang baik, posisi pinggul juga menjadi lebih stabil, dan kerja tungkai mengayuh sepeda menjadi lebih efisien dan optimal.

Namun, lanjut Andi, risiko lain bersepeda adalah kondisi di luar yang tidak bisa kita kendalikan. Misalnya, kemacetan dan polusi atau tingginya kecelakaan. Semua itu termasuk faktor risiko terjadinya cedera atau masalah kesehatan ketika bersepeda. “Tetapi sebaiknya tak menjadi hambatan untuk menjalani pola hidup aktif dengan bersepeda,” kata dia.

Kesibukan seseorang seringkali tidak memungkinkannya untuk berolahraga. Namun mereka bisa menggantinya dengan bersepeda. Misalnya, bersepeda ke tempat kerja bisa menjadi sebuah strategi untuk melakukan olahraga bagi mereka yang tidak mempunyai waktu untuk olahraga.

Dari segi waktu, Andi menyarankan pagi hari adalah saat tepat untuk bersepeda karena udaranya masih segar. Tapi tidak sempat sama sekali, bersepeda di  kala siang atau malam hari pun tak jadi soal. Asalkan tidak berlebihan.

Mari menggowes!