Penulis
Intisari-Online.com -Ingatan Sukarno terhadap ibu biologisnya,Ida Ayu memang istimewa.Demikian pula sebaliknya.
Sejak kelahiran Sukarno ke dunia, Ida Ayu mengamini bahwa anaknya adalah Putera Sang Fajar. Sebab ia lahir menjelang matahari terbit.
Walau kelahiran Bali, Ida Ayu juga meyakini kepercayaan Jawa bahwa bayi yang lahir saat matahari terbit, nasibnya sudah digariskan oleh takdir.
Dan bagi Ida Ayu, Sukarno kelak akan menjadi penerang bagi bangsanya yang saat itu mengalami kegelapan gara-gara imperialisme.
Selain itu, kenang Ida Ayu, Sukarno lahir ketika Gunung Kelud meletus. Ia percaya, itulah pertanda alam bahwa suatu waktu kelak bayi Sukarno tumbuh menjadi pemimpin besar.
Keyakinan itu tidak hanya diyakini Ida Ayu di dalam hati. Saat Sukarno mulai paham berkata-kata, suatu pagi ia mengatakan soal itu kepada anaknya.“Ibu katakan padamu Nak, kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, menjadi pemimpin rakyat kita. Jangan pernah lupakan itu, jangan sekali-kali kau lupakan Nak, bahwa engkau ini putera dari sang fajar,” ujar Ida Ayu dengan lembut pada Sukarno kecil.
Cerita masa kecil Sukarno dan ibunya memang tidak banyak. Hanya sekelumit kisah tentang keyakinannya mengenai takdir Sukarno kelak.
Minimnya catatan pengalaman Sukarno dan Ida Ayu menimbulkan berbagai spekulasi. Apakah Sukarno benar-benar dekat atau tidak dengan ibunya?
Dalam buku otobiografinya pun, nama Ida Ayu hanya tertulis sepintas saja. Paling banter soal sang bunda yang bercerita soal kisah heroik tempo dulu.
Dokumentasi foto Sukarno dan Ida Ayu yang dipublikasikan hanya foto saat Sukarno mengunjungi ibunya. Belum pernah ada foto atau berita tentang Ida Ayu mengunjungi Sukarno, sebelum dan sesudah puteranya menjadi presiden.
Bahkan konon, ibunda Sukarno itu sebenarnya tidak pernah menginjakkan kaki ke Istana Negara, tempat tinggal Sukarno bersama keluarganya.
Akan tetapi, bagaimanapun cerita itu hanyalah spekulasi. Seorang ibu tetaplah ibu bagi Sukarno.Sampai Ida Ayu meninggal, Sukarno tetap menunjukkan penghargaannya bagi ibu biologisnya itu.
Ida Ayu sendiri merupakan keturunan keluarga Pasek. Nama aslinya sendiri adalah Nyoman Rai Srimben.
Nama berkasta Brahmana, Ida Ayu, diberikan oleh Sukarno sesaat sebelum ibunya meninggal dunia di Istana Kepresidenan Tampaksiring Bali, 1958.
Penambahan Ida Ayu merupakan penghormatan untuk perjuangan dan ketangguhan ibunya untuk melahirkan dan membesarkan Sukarno. Sejak itulah nama ibu Sukarno berubah. (Yoyok Prima Maulana)
Baca juga:Bukan Emas atau Uang, Ini Harta Karun Tiongkok yang Ditemukan di Laut Jawa Indonesia