Penulis
Intisari-Online.com – Ada yang unik saat pertandingan sepakbola berlangsung antara kesebelasan Tunisia melawan Portugal dan Turki.
Pertandingan sebagai pemanasan ajang Piala Dunia itu diwarnai oleh penjaga gawang Tunisia yang pura-pura sakit.
Sang penjaga gawang, Mouez Hassen, pura-pura sakit agar teman-temannya bisa berbuka puasa sejenak.
Saat melawan kesebelasan Portugal, Hassen berpura-pura sakit di menit ke-58.
Sedangkan saat melawan Turki, Hassen berpura-pura sakit di menit ke-48.
Nah, selama Hassen terbaring di depan gawangnya, teman-teman satu timnya segera berlari ke tepi lapangan.
Mereka dan juga pelatihnya terlihat minum dan makan kurma sejenak sebelum kembali lagi ke tengah lapangan.
Enam menit kemudian, Tunisia yang berada satu grup dengan Inggris di Piala Dunia, itu mengakhiri pertandingan dengan skor 2-2.
Media olahraga Tunisia melaporkan tujuan utama kedua sakit Hassen itu berhubungan dengan matahari tenggelam, yang merupakan waktunya berbuka puasa.
Wartawan lepas Souhail Khmira mencuit ada ‘sebuah persetujuan’ antara para pemain dan penjaga gawang mereka untuk berhenti sejenak saat waktunya berbuka puasa.
Sementara Turki, yang juga negara Muslim, sepertinya tidak punya pengaturan demikian ketika bertanding melawan Tunisia.
Sejak aksinya itu, Hassen diledek di Twitter, termasuk oleh rekannya Chaker Alhadhur.
Ia bergurau: “Tidak apa-apa sekarang, kami tahu kamu berpura-pura.”
Hassen pun membalas gurauan itu dengan mencuit ‘Aku terluka, Bro’ dengan tambahan emoji tertawa.
Atas perilakunya itu Hassen tidak dihukum selama kedua pertandingan tersebut oleh petugas yang berwenang di lapangan.
Tidak ada hukuman apapun karena membuktikan terluka tidak sungguhan tidak mungkin terlihat.
Sementara itu federasi sepakbola Tunisia belum mengomentari terhentinya dua ‘insiden luka’ dalam pertandingan itu.
Dalam Alquran memang disebutkan boleh tidak berpuasa bagi mereka yang sakit atau sedang dalam perjalanan jauh, dan mengantinya kemudian.
Meskipun demikian, beberapa atlet memilih untuk mengartikan aturan itu lebih longgar.
Sebagai contoh, dalam seri percobaan melawan Inggris, pemain kriket Pakistan tidak berpuasa saat hari pertandingan.
Ajmal Masroor, seorang Imam dan anggota Dewan Muslim Inggris di London, mengatakan padaa 2011 lalu, Alquran membolehkan seseorang tidak berpuasa pada sebuah acara khusus selama Ramadan dan berpuasa di hari lain.
“Jika seorang pesepak bola bilang padaku bahwa ‘Aku tidak bisa memenuhi kewajiban profesionalku jika aku berpuasa’, aku tidak dapat mempertimbangkannya sebagai sebuah alasan yang dapat diterima,” kata Ajmal Masroor kepada Goal.com.
Baca juga:Klaim Miliki Nuklir Ternyata Militer Cina Lemah, Ini Dia 5 Alasannya
Ia menambahkan, meskipun demikian, hal itu bisa diterima dalam sebuah even besar seperti Olmpiade yang berlangsung selama Ramadan.
Alasannya, ajang itu hanya sekali dalam sebuah kesempatan sepanjang hidupnya bagi seorang atlet.
“Jika Piala Dunia berlangsung selama Ramadan, pengecualian serupa bisa dilakukan, tetapi itu contoh kasus per kasus,” kata Ajmal Masroor.
Dilansir dari Mail Online, Senin (4/6/2018), Dewan Tertinggi Islam Mesir pernah mengeluarkan fatwa pada 2012 menindak lanjuti atlet yang makan dan minum selama Ramadan, saat berlangsungnya Olimpiade London.
Untunglah, Tunisia dan negara-negara Muslim lainnya yang berkompetisi di Piala Dunia tidak perlu cemas.
Pasalnya, Ramadan berakhir pada 14 Juni, hari di mana Piala Dunia dimulai.
Meskipun demikian, Tunisia masih ada satu pertandingan persahabatan sebelum Ramadan berakhir.
Pada 9 Juni mendatang, Tunisia akan menghadapi Spanyol.
Lalu Tunisia akan menghadapi Inggris di pertandingan pembukaan mereka pada Piala Dunia di Volgograd pada 18 Juni 2018 mendatang.
Baca juga:Ketika Pasukan Komando Inggris Membantai Tentara Argentina dalam Perang Brutal di Falkland pada 1982