Pancasila, 'Obat' yang Sempat Diharapkan Mampu Atasi Perang Saudara di Afghanistan

Ade Sulaeman

Penulis

Intisari-Online.com -Pada bulan September 2013, sebanyak 12 ulama dari 12 propinsi terkemuka dari Afghanistan secara khusus mengunjungi kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan tujuan khusus untuk mempelajari Pancasila (ugm.ac.id Kamis (19/9/2013).

Menurut rektor UGM saat itu (2013) Prof Dr Pratikno, M.Soc, Sc ketertarikan pada ulama Afghanistan terhadap Pancasila dipicu oleh kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam baik suku, agama, maupun bahasa, tapi bisa hidup rukun dan damai.

Selain ingin mempelajari Pancasila, para ulama Afghanistan juga meminta agar UGM mau menerima dosen dan guru dari Afghanistan agar bisa belajar tentang Pancasila serta budaya lain di Indonesia.

Ketertarikan para ulama Afghanistan ternyata terus berlanjut, pada Desember 2016, sejumlah ulama senior mengunjungi DPR RI dan diterima oleh Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah (detik.com 14/12/2016).

Baca juga:Mengapa Hari Lahir Pancasila Dirayakan pada 1 Juni, Bukan 18 Agustus?

Dalam pertemuan itu dibahas tentang kehidupan demokrasi pasca kemerdekaan Aghanistan dari Uni Soviet (Rusia).

Pasalnya kemerdekaan yang diperoleh antara Indonesia dan Aghanistan sama tapi dalam perjalanan berikutnya, Afghanistan justru sering terperangkap oleh perang saudara, salah satunya karena perbedaan suku.

Fahri kemudian menerangkan bahwa Indonesia bisa rukun meski penduduknya berbeda-beda suku, bahasa, agama, dan lainnya karena sudah memiliki fondasi yang kuata, salah satunya adalah Pancasila.

Atas penjelasan Fahri itu, para ulama senior Afghanistan itu pun makin tertarik untuk menerapkan ‘Pancasila’ versi Afghanistan.

Baca juga:Punya Permainan Terliar di Dunia, Inilah 6 Fakta Tak Terduga Afghanistan

Rupanya keinginan para ulama Afghanistan untuk menerapkan idelogi ala Pancasila demi menciptakan suasana rukun dan damai terus berjalan.

Pasalnya ketika Ibu Negara Afghanistan Rulsa Ghani berkunjung ke Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat (5/12/2017) dan bertemu Presiden Joko Widodo, juga menyatakan ketertarikan dengan Pancasila sebagai ideologi yang bisa menyatukan Bangsa Indonesia (tribunnews.com Selasa 5/12/2017).

Dengan ketertarikan Afghanistan yang demikian tinggi terhadap idiologi Pancasila, maka jika di Indonesia sampai ada indikasi lunturnya kebanggaan terhadap idiologi Pancasila, benar-benar merupakan ‘pertanda zaman’ yang sangat ironis.

Baca juga:Kisah Tragis Kematian Seorang Ratu, Dihadapan Rakyatnya dan Akibat Aturan yang Dibuatnya Sendiri

Artikel Terkait