Risiko Infeksi Kaki Penyandang Diabetes

K. Tatik Wardayati

Penulis

Risiko Infeksi Kaki Penyandang Diabetes

Intisari-Online.com – Data Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2007 menyebutkan prevalensi penderita diabetes adalah sekitar 5,7%. Dari sekitar jumlah tersebut hanya 1,5% yang mengetahui dirinya adalah pengidap diabetes. Hampir 10 juta penderita diabetes di Indonesia, dan ini diperkirakan akan naik sebanyak 71% di tahun 2030, bila tidak dilakukan pengelolaan diabetes.

Komplikasi yang banyak terjadi pada penderita diabetes, antara lain mata buta, gagal ginjal, stroke, jantung, dan kaki diabetik.

Sebanyak 15–25% penyandang diabetes mengalami masalah pada kaki (kaki diabetik). Risiko amputasi karena kaki diabetik ini 10–15 kali lebih besar. Setelah dilakukan amputasi memang harapan hidup penyandang diabetes meningkat hingga 72 persen. Namun risiko amputasi kembali dapat dilakukan setelah 1, 3, atau 5 tahun dengan kemungkinan 26,7%, 48,3%, dan 60,7%.

Kejadian amputasi sebenarnya dapat dihindari melalui deteksi dini secara teratur sebelum luka muncul karena luka yang kecil saja jika tidak ditangani dapat menimbulkan infeksi. Tingginya kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam jangka panjang pada penyandang diabetes merupakan sarana bagi kuman dan inilah yang menyebabkan memburuknya infeksi.

Seperti halnya yang terjadi pada pasien di rawat inap penyakit dalam RSCM. Penyandang diabetes yang mengalami masalah pada kaki menjalani perawatan minimal 26 hari, itu pun setelah sakit di rumah selama 29 hari. Dan pasien ini rata-rata telah lebih dari 5 tahun mengidap diabetes. Keterlambatan inilah yang dapat berujung pada amputasi.

Amputasi yang terjadi pada penyandang diabetes dibagi menjadi amputasi minor yang dilakukan hanya pada jari-jari kaki, sementara amputasi mayor yaitu dilakukan sebatas lutut ke area bawah. Demikian jelas Dr. Em Yunir, Sp.PD-KEMD, Kadiv. Metabolik Endrokinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM pada temu media.

Luka sekecil apapun pada penderita diabetes sebaiknya segera ditangani dengan seoptimal mungkin. Diperlukan manajemen luka dengan insisi, drainase, debrideman dan nekrotomi yang seoptimal mungkin. Identifikasi infeksi pada jaringan atau tulang diperlukan untuk mengetahui sejauh mana penanganan kaki luka tersebut. Setelah itu perlu menjaga proses penyembuhan dan menjaga luka dari trauma dan infeksi agar tidak menyebar ke bagian lain.

Bila ditangani dengan baik, serta jaringan pembuluh darah masih baik, maka amputasi tidak diperlukan. Namun pasien masih harus mengontrol diri dengan pemberian obat antibiotik dan perawatan diri agar tidak terulang infeksi kembali.

Apakah setiap kelainan kaki diabetik perlu dilakukan amputasi? Simak artikel selanjutnya.