Kepala Terbentur Keras, Anak Gegar Otak?

K. Tatik Wardayati

Penulis

Kepala Terbentur Keras, Anak Gegar Otak?

Intisari-Online.com - Aktivitas sehari-hari, terutama saat berkendara, bisa menimbulkan risiko pada anak. Misalnya anak mengalami benturan pada kepala akibat kurangnya perlindungan atau luputnya perhatian orangtua terhadap faktor keamanan si kecil. Benturan keras dapat menimbulkan risiko cedera kepala yang cukup serius. Jika ini yang terjadi pada si kecil, trauma pada kepala perlu diawasi dalam 24 jam hingga 72 jam pertama. Ini penting karena anak bisa saja mengalami gegar otak, yang gejalanya bisa langsung muncul atau tidak langsung muncul hingga 72 jam setelah kejadian. Dokter anak spesialis neurologi Attila Dewanti mengatakan, respons terhadap suatu cedera pada otak anak berbeda dengan dewasa. Struktur anatomis anak belum matur dan fisiologi otak anak berbeda dengan dewasa. Karenanya, orangtua perlu mengenali gejala yang harus diwaspadai jika terjadi cedera kepala pada anak. Menurutnya, orang tua tak perlu panik jika benturan keras menimbulkan benjol, memar, berdarah pada kepala anak. Tanda-tanda ini belum pasti menunjukkan kondisi gegar otak. Tapi lebih dikarenakan adanya pendarahan di kulit kepala. "Benjol, memar, berdarah, relatif tidak berbahaya, asal anak sadar penuh, tidak muntah, tidak pusing, dan tidak tampak mengantuk terus," terang Attila di Jakarta, beberapa waktu lalu. Meski begitu, bukan berarti orangtua tidak waspada. Cedera kepala pada anak perlu terus dipantau. Gejala gegar otak bisa langsung muncul atau tertunda. Jika terjadi langsung, anak cenderung tidak sadar diri, tidak dapat menggerakkan anggota badan, dan bicaranya terganggu sesaat setelah benturan. Namun, berbagai gejala gegar otak ini bisa tertunda hingga beberapa hari. Karenanya waspadai jika muncul gejala ini pada anak:

Sebaiknya, lakukan pemeriksaan ke dokter jika muncul gejala tersebut, baik yang terjadi langsung mau pun tertunda. Attila menyarankan, pada anak yang mengalami cedera kepala, CT scan tidak perlu dilakukan dengan beberapa kondisi. Jika anak berusia di bawah dua tahun, CT scan tidak perlu dilakukan kalau status mental anak normal atau perilakunya normal, tidak hilang kesadaran kurang dari lima detik. Orangtua juga perlu menegaskan kondisi anak kepada dokter, apakah tidak ada hematoma kulit kepala atau tidak ada fraktut tengkorak. CT-scan juga tidak perlu dilakukan pada anak di atas usia dua tahun jika kondisinya:

Cara terbaik yang bisa orangtua lakukan adalah mencegah terjadinya cedera kepala terutama pada balita. Karenanya, beberapa faktor risiko cedera kepala pada balita ini sebaiknya dihindari :

Yuk, jaga jangan sampai Balita Anda terbentur. (Wardah Fajri – kompas.com)