Banyak yang Tak Sadar dengan Hipertensi

Moh Habib Asyhad

Penulis

Banyak yang Tak Sadar dengan Hipertensi

Intisari-Online.com -Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, menemui lebih dari 25 persen orang Indonesia menderita hipertensi. Namun, celakanya hanya 10 persen yang mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Mereka mengetahui melalui diagnosis tenaga kesehatan.

"Ini sangat mengkhawatirkan. Mengapa? Angka kematian kasus (fatality rate case) penyakit kardiovaskuler, yang sangat erat dengan hipertensi, yang dirawat di rumah sakit menempati urutan teratas dibandingkan dengan penyakit lainnya," kata Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI di Jakarta, Rabu (8/1).

Tingginya kasus hipertensi ini dipicu oleh perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia bukan hanya mereka yang hidup di daerah perkotaan tetapi yang berada di pedesaan.

Direktorat Penyakit Tidak Menular (PTM) mengajak masyarakat berperilaku `CERDIK' dengan melakukan Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok dan polusi udara lainnya, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress.

"Perilaku CERDIK perlu terus ditingkatkan dan digencarkan, terutama sosialisasi ke daerah-daerah sub-urban," tambah Ekowati.

Selain itu, yang juga penting adalah adanya edukasi perihal pengenalan hipertensi. Dokter Arieska Ann Soenarta SpJP dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta, menegaskan edukasi tentang bahaya hipertensi dan diteksi dini sangat diperlukan guna meminimalkan tingkat kematian dan kerusakan organ serta cacat total penderita hipertensi.

Arieska menuturkan, dalam rangka penatalaksanaan hipertensi,yang penting diketahui masyarakat adalah tidak hanya tekanan darah sesaat saja, tetapi juga perilaku tekanan darah sepanjang waktu tertentu. Hal tersebut berhubungan dengan prognosa organ-organ target yang dipengaruhi oleh hipertensi.

Penelitian-penelitian membuktikan bahwa variabilitas tekanan darah ternyata tidak kalah penting dalam memprediksi risiko. Namun, berbagai rekomendasi berbagai guideline dalam diagnosis dan pengelolaan hipertensi masih berdasarkan pengukuran tekanan darah klinis secara terisolasi.(Eko Sutriyanto, Anita K Wardhani|tribunnews.com)