Penulis
Intisari-Online.com - Sebuah laporan yang dimuat di JAMA Ophthalmology mengungkap kasus bahaya laser pada anak. Laser berkekuatan tinggi yang diperdagangkan dengan bebas punya dampak serius membutakan mata. Tim dokter dari Duke University Medical Center di Durham, Carolina Utara melaporkan seorang anak berusia sembilan datang ke rumah sakit setelah dibutakan oleh orang dewasa akibat laser genggam. "Hingga dia tiba, tidak ada yang menyadari ada cedera serius dan kami melihat pendarahan," kata salah satu dokter penulis laporan, Cynthia Toth. Laser berdaya besar menembus lensa mata anak tersebut dan memecahkan pembuluh darah di bagian belakang matanya. "Laser tersebut berukuran besar dan dijual sebagai mainan, namun itu adalah senjata yang berbahaya. Anda bisa menyalakan api dari daya laser tersebut," terang Toth, seperti dikutip Reuters. Toth adalah profesor ophthalmologi dan teknik biomedis di Duke. Dia juga berpengalaman memelajari laser. Laser berdaya besar tersebut terbuat dari komponen bongkaran proyektor home theater dan dibeli secara online. Menurut Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, laser merupakan radiasi elektromagnetik berkekuatan tinggi yang digunakan di berbagai produk mulai pemutar musik, printer hingga alat operasi mata. FDA mengatur penggunaan laser, seperti produk elektronik pemancar radiasi lainnya, dan membagi produk tersebut dalam beberapa kategori dan sub-kategori. Laser kategori 3a di antaranya produk yang digunakan sebagai pointer saat presentasi. Laser ini berkekuatan maksimal lima 5 miliwatt (mW) pada spektrum cahaya dan berada di bawah peraturan FDA. Sementara laser kategori 4 biasa digunakan di industri dan kebutuhan medis. Laser tipe ini termasuk berbahaya yang membawa efek langsung. Laser yang digunakan anak dalam laporan tersebut adalah kategori 4. Laser tersebut berdaya 1.250 mW. Penglihatan anak tersebut perlahan pulih setelah dua bulan. Namun, orang lain yang mengalami kasus serupa tidak semuanya selamat. Dalam beberapa bulan terakhir, laporan mengenai cedera mata diterbitkan dalam jurnal lain, kata Toth. Pada satu kasus, laser membakar bagian belakang mata secara menyeluruh. "Saya mengira laser dengan daya lebih tinggi kini semakin mudah tersedia dibandingkan di masa sebelumnya. Jadi, saya tidak heran jika terjadi peningkatan jumlah cedera," sambung Toth. Stacy Pineles, asisten profesor ophthalmologi dan spesialis retina di Stein Eye Institute di University of California, Los Angeles mengatakan besarnya kerusakan mata bergantung kekuatan laser. "Laser bergelombang pendek yang banyak tersedia saat ini lebih mudah diserap retina dan bisa menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen," terang Pineles. Menurutnya sudah waktunya bagi produsen laser untuk menciptakan laser dengan perlindungan maksimal. Sedangkan menurut Toth, yang terpenting adalah tidak membiarkan anak-anak bermain laser tipe apa pun. "Bahkan laser yang diklaim aman pun bisa berbahaya," katanya seraya menambahkan, jika muncul keluhan akibat penggunaan laser sebaiknya segera periksakan ke dokter. (Wardah Fajri – kompas.com)